Daridata tersebut prevalensi tumor atau kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk.
Defenisikanker serviks Kanker adalah pertumbuhan sel yang abnormal FAKTOR RISIKO . h. Ibu atau saudara perempuan yang mengidap kanker leher rahim i. Penurunan kekebalan tubuh S.J., Ganong, W.F., 2011. Patofisiologi penyakit: pengantar
kankerpayudara menempati peringkat kedua setelah kanker serviks. Faktor Risiko Kanker Payudara Faktor risiko kanker payudara adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang menderita kanker payudara. Beberapa faktor risiko tidak dapat diubah seperti usia atau riwayat keluarga, tetapi ada juga faktor risiko yang
Kanker payudara Anita's Blog: KANKER PAYUDARA C. Faktor/Determinan Kejadian Kanker Payudara. Faktor risiko kanker payudara adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi [PDF] View/Open prosentasenya lebih sedikit 1 banding 10 dari seluruh kasus kanker payudara. Faktor risiko kanker payudara pada pris adalah karena adanya
Hampirsemua kanker serviks disebabkan oleh faktor risiko terkait termasuk status sosial, ekonomi rendah (pasal et al 1981: brihton et al 1987) merokok (hellberg dan stendahl, 2005)
LIHATVERSI MOBILE. Kesiapsiagaan Rumah Sakit dalam Penanganan Penyakit COVID-19 klik disini. WASPADA!! Hati-hati apabila ada mendapatkan info melalui whatsapp dan lain sebagainya mengatasnamakan Pejabat Kemenkes. mohon untuk diabaikan! Fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang Imunisasi Klik di Sini.
KataKunci : kanker payudara, faktor risiko, usia . vii Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ABSTRACT Background: Breast cancer is the second most common cancer in the world and tahun 2015 di Indonesia pada tahun 2013 adalah penyakit kanker serviks dan payudara, yaitu kanker serviks sebesar 0,8‰ dan kanker payudara sebesar 0,5‰.
Beberapafaktor risiko yang menyebabkan kanker serviks antara lain usia, usia menikah pertama kali, paritas, merokok, riwayat keluarga menderita kanker serviks, status ekonomi, kekebalan
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian lesi prakanker serviks melalui deteksi dini dengan metode IVA di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Tahun 2013. Abstrak Di Indonesia 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedangkan angka kematiannya 7.500 kasus per-tahun. Pada tahun 2009, kasus baru kanker
PeerReview Analisis Faktor Risiko Kanker Serviks di Kalimantan Timur Date 2022-05-01. Author. Paramita, Swandari. Metadata Peer Review Analisis Faktor Risiko Kanker Serviks di Kalimantan Timur 2022.pdf (459.7Kb) Date 2022-05-01. Author. Paramita, Swandari. Metadata Show full item record. URI
Dalamskripsi ini dijabarkan tentang analisis hubungan faktor risiko kanker serviks yaitu usia menikah, paritas, dan paparan asap rokok dengan tindakan wanita dalam melakukan pap
Banyakfaktor yang menjadi penyebab kejadian kanker serviks. Faktor-faktor tersebut meliputi, merokok, mencuci vagina dengan antiseptik, berubungan esterogen (Setiati, 2009). Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2014, terdapat 6 faktor risiko yang menyebabkan kanker serviks, yakni infeksi Human Papilloma
KankerServiks. Hartati Nurwijaya. Elex berbagai berhubungan berkembang biasanya buku cairan Cancer cara diberikan digunakan dilakukan disebut ditemukan dokter efek samping faktor risiko gejala hamil hasil hingga hubungan hubungan seksual infeksi HPV ingin jadi jenis jumlah kasus kecil kehamilan kelainan kelamin kelenjar kematian kemoterapi
PENYAMPAIANINFORMASI PENCEGAHAN KANKER SERVIKS MELALUI IKLAN LAYANAN MASYARAKAT BERUPA MOTION GRAPHIC I Made Marthana Yusa1, Ni Made Adi Sari Yati2 Desain Grafis Multimedia STMIK STIKOM INDONESIA Jl. Tukad Pakerisan no.97 Panjer, Denpasar–BALI 80225 1 made.marthana@gmail.com, 2 didichup@
disebutfaktor risiko. Memiliki faktor risiko tidak berarti bahwa Anda akan terkena kanker, tidak memiliki faktor risiko bukan berarti bahwa Anda tidak akan terkena kanker. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan faktor risiko utama terjadinya kanker ini. Virus ini ditransmisikan saat melakukan hubungan seksual, termasuk seks oral atau anal.
LAdQo. Penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim masih belum diketahui secara pasti. Namun, penyakit ini kerap dikaitkan dengan infeksi human papillomavirus HPV. Selain itu, kemunculan kanker ini juga berhubungan erat dengan faktor keturunan dan penyakit menular seksual. Di Indonesia, kanker serviks menempati peringkat kedua untuk jenis kanker yang paling banyak dialami wanita, setelah kanker payudara. Kanker ini terbentuk ketika sel-sel di serviks atau mulut rahim berkembang menjadi ganas. Meski belum diketahui penyebab kanker serviks secara pasti, setiap wanita perlu mengetahui faktor risiko apa saja yang bisa membuat dirinya lebih rentan terkena kanker serviks. Hal ini penting untuk mencegah kemunculan kanker serviks. Penyebab Kanker Serviks dan Faktor Risikonya Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebab kanker serviks sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini, yaitu 1. Infeksi human papillomavirus HPV Hampir seluruh kasus kanker serviks dipicu oleh infeksi virus HPV. Pasalnya, sel-sel di leher rahim yang terinfeksi virus ini bisa mengalami pertumbuhan tidak normal dan menjadi ganas. Sementara itu, seorang wanita juga dapat terinfeksi HPV dari perilaku seks berisiko, misalnya sering berganti pasangan seksual dan berhubungan seks tanpa kondom. 2. Penyakit menular seksual Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa risiko kanker serviks lebih tinggi dialami wanita yang pernah menderita penyakit menular seksual, seperti kutil kelamin, klamidia, gonore, dan sifilis. Wanita yang sedang terinfeksi virus HPV juga memiliki risiko tinggi terkena kanker serviks. Hal ini karena infeksi HPV bisa muncul bersamaan dengan penyakit menular seksual. 3. Pola hidup tidak sehat Wanita dengan berat badan berlebih serta jarang mengonsumsi buah dan sayur juga dapat menjadi pemicu terjadinya kanker serviks. Risiko ini akan semakin meningkat jika wanita tersebut memiliki kebiasaan merokok. Zat kimia pada tembakau diyakini dapat merusak DNA dalam sel dan menyebabkan kanker serviks. Tak hanya itu, merokok juga membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah sehingga kurang efektif dalam melawan infeksi HPV. 4. Sistem kekebalan tubuh yang lemah Seorang wanita dengan sistem imun tubuh yang lemah umumnya lebih rentan terinfeksi HPV, misalnya penderita HIV/AIDS. Selain itu, wanita yang menjalani pengobatan untuk menekan daya tahan tubuh, seperti pengobatan kanker dan penyakit autoimun, juga lebih berisiko terinfeksi HPV yang dapat memicu terjadinya kanker serviks. 5. Penggunaan pil KB Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral atau pil KB dalam waktu yang lama, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Sebagai alternatif yang lebih aman untuk mencegah kanker serviks, pilihlah metode kontrasepsi lain, seperti IUD atau KB spiral. Namun, memang masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pil KB yang dapat memicu terjadinya kanker serviks tersebut. Untuk memilih jenis kontrasepsi yang tepat dan cocok, sebaiknya konsultasikan ke dokter kandungan lebih dulu. 6. Hamil usia muda dan sudah beberapa kali hamil serta melahirkan Mengandung untuk pertama kali saat berusia kurang dari 17 tahun dapat membuat seorang wanita lebih rentan terkena kanker serviks. Wanita yang pernah hamil dan melahirkan lebih dari 3 kali juga diduga lebih berisiko terkena kanker serviks. Menurut penelitian, sistem kekebalan tubuh yang melemah dan perubahan hormon selama masa kehamilan dapat membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi HPV. 7. Riwayat konsumsi obat hormon DES DES atau diethylstilbestrol merupakan obat hormonal yang diberikan untuk mencegah keguguran. Tak hanya pada wanita hamil, obat ini juga dapat meningkatkan risiko kanker serviks pada janin perempuan yang dikandungnya. 8. Faktor keturunan Seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks, jika ada keluarga perempuannya yang pernah terdiagnosis penyakit serupa. Belum diketahui secara pasti apa yang mendasari hal ini, tetapi diduga berkaitan dengan faktor genetik. Perlu diingat bahwa jika seseorang memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko di atas, bukan berarti ia pasti terkena kanker serviks. Faktor-faktor di atas hanya sekadar dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Untuk menekan risiko penyebab kanker serviks, Anda perlu menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari dan jauhi perilaku seks berisiko. Jangan lupa untuk mendapatkan vaksinasi HPV guna mencegah kanker serviks serta menjalani skrining atau deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear atau tes IVA. Langkah pencegahan dengan melakukan skrining kanker serviks bisa Anda lakukan saat berkonsultasi dengan dokter. Biasanya, dokter juga akan menentukan waktu pemeriksaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi serta penyebab kanker serviks yang dialami.
Kanker leher rahim atau yang lebih dikenal dengan Kanker Serviks adalah kondisi dimana terdapat penumbuhan sel-sel ganas pada leher rahim/serviks yang tidak terkendali. Berdasarkan penyebabnya, sebanyak 90% dari pasien yang menderita kanker serviks disebabkan oleh inveksi HPV Human Papilloma Virus onkogenik yang presisten. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah kanker serviks adalah dengan mengetahui faktor risiko dari kanker serviks itu sendiri. Dengan demikian, kita dapat menghindari potensi paparan kanker serviks. Faktor Risiko Kanker Leher Rahim. Berikut ini adalah faktor risiko kanker leher rahim atau Kanker serviks yang harus diwaspadai, diantaranya adalah 1. Melakukan hubungan seksual diusia muda, yaitu dibawah 18 tahun 2. Bergonta-ganti pasangan seksual 3. Melakukan hubungan seksual dengan pria yang sering bergonta-ganti pasangan seksual 4. Merokok ataupun sebagai perokok pasif 5. Infeksi berulang pada jalan kelamin, salah satunya karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin 6. Memiliki riwayat keluarga dengan kanker 7. Adanya riwayat tes pap smear yang abnormal sebelumnya. Dengan mengetahui faktor risiko kanker serviks diatas, masyarakat dapat lebih berhati-hati dan secara rutin melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk menghindari keterlambatan penanganan kanker. Salah satu cara mendeteksi dini kanker leher rahim melalui pemeriksaan IVA Test gratis di puskesmas. Tetap terapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan alat kelamin dan berhenti merokok untuk menurunkan potensi paparan kanker serviks.
Background The aim of the study is to find risk factors associated with cervical cancer in East Kalimantan. Methods This was a case-control study conducted in Sjahranie County General Hospital at Samarinda East Kalimantan. There were 58 patients for each case and control group. Variables in this study were age, menarche, menopause, age of first marriage, parity, spouse’s smoking status, hormonal contraception use, type of hormonal contraception, duration of hormonal contraception, IUD intra uterine device contraception use and duration of IUD contraception. Result Final data analysis shows that parity and duration of hormonal contraception use increased the risk of cervical cancer. Women who had 5-12 children than 0-4 children had increased risk to be cervical cancer. Compared to women never use of hormonal contraception, those who ever had hormonal contraception for 1-4 years and 5-25 years had two time and times increased risk to be cervical cancer respectively. Conclusion It recommended that cervical cancer screening can be focused on high-risk groups, women with the number of 27 children born more than five people, or women in particular users of hormonal contraception methods with a range of use more than five years. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free iProceeding of DAAD - IGHEPMaternal and Child HealthSummer School18 -27 November 2013Mulawarman University - Udayana UniversityOrganized byIndonesian-German Health Education Partnership IGHEPFaculty of Medicine, Mulawarman UniversityIndonesian Medical Association of East Kalimantan IDIKalimantan TimurFaculty of Medicine and Health Sciences, Udayana University iiProceeding of DAAD - IGHEP Maternal andChild Health Summer SchoolEditorsHera NirwatiNi Nyoman Ayu DewiAuthorsAdharianaAryatiDwi Bahagia FebrianiHasanuddinHera NirwatiHermanus SuhartonoI Putu Yudha HanantaIstianaKen Indra TLeli SaptawatiLia Galih Yogya TamaLukman AriwibowoMarihot PasaribuNataniel TandirogangThis size of book 15 x 21 cmNumber of page 213 + ixISBN ISBN 978-602-294-012-8Published byUdayana University PressAddressJl. PB Sudirman Denpasar 80232 BaliNi Nyoman Ayu DewiPrasenoPudjo HartonoPuspa LestariR. Lia KusumawatiRahmat BakhtiarRetno DanartiRizalinda SjahrilRoudhotul Ismaillya NoorSunardi RadionoSwandari ParamitaThomas ChayadiTitik NuryastutiZinatul Hayati iiiPREFACEForewordProducing a book, any book , is no t easy, mu ch lesscollaborating with scientist from a half of the planet, twocontinents of Europe and Asia, with myriad facts, data, design,controversy, review and approve. It’s mystifying to me that a bookever makes it at all, and always a thrill when it two years ago, I met dr. Yadi, one of our young creativelecturers, who is now pursuing hisPhD degree pro gram inHasanuddin University and one of 2012 Summer School Programat Göt tingen - Germany atte ndants. He informed m e thatMulawarman Medical School would be chosen as one of host ofa migratory summer school program on November 2013. Andhe acutely asked me to handle this big international event, whichI accept right away for its great potential in development ofresearch for East Kalimantan, especially in Medical Faculty ofMulawarman event, furthermore, was continuedfor 3 days in Faculty of Medicine and Health Sciences Summer School committee was formed with permissionof the Dean of Mulawarman Medical School, dr. Emil BachtiarMoerad, pulmonologist. That committee was collaborated withIndonesian Medical Association East Kalimantan Region, and bychance, I as its President, and East Kalimantan Government Officeas a major was Professor Uwe Groß, Head of Institute for MedicalMicrob iology, Georg-August University Göttingen, who firstexplained to me from our initial correspondences and then detailexplanation is also been given in his speech at Opening Ceremonyof Summer-school program, held at Mulawarman Medical school ivCampus in Samarinda from November 18 - 23, 2013 the uniquegenesis of the points on how Summerschool was begun, afterTsunami disaster, 2004, in Aceh. Since that time, IndonesianGer man H e alth Educational Par tn e rship I GHEP – DAA Dcollaborated with Syah Kuala University, have been promotingscientif ic and medical collaborati ng th rough am deeply impressed as much as I am grateful to ProfessorUwe Groß for his visionary insight in research and his willing tocollaborate with Indonesian Medical Faculty which was mostlyjust started in research program. The pr ogram played animportant role on gathering scientific ideas among Indonesianscientist especially from Mulawarman University. Those brilliantworks and ideas of European and Asian scientist are compiled inthis proceeding thanks delivered to Dr. H. Awang Faro ek Ishak,Governor of East Kalimantan Province, who always give greatsupport and encouragement for every scientific events for hisgreat vision on development of human being through educationand y thanks t o dr. Em i l Bach t iar Moerad , Dean ofMulawarman Medical School, all four Vice Dean and all supportingFaculty member and staff who facilitated the program’s venue,and dr. Rachim Dinata SpB, Director of A. W. S hospital, who’salso partner teaching hospital of Medical Faculty of MulawarmanUniversity, with ever y doctors and managerial s taf who helpedorganized and co ndu cted Case Pr ese ntation and o ne dayseminar, part of the summer school which was venued in thehospital. And also many thanks to everyone who helped otherparts of this Summer School in and out of commendation goes to dr. Panuturi Sinaga, dr. dr. Achlia, Dr. dr. Swandari, Mrs. Nana and Ms. Rahma vwho continously worked very hard starting from preparation andnonstop throughout this workshop to make sure it ran would like a lso expre ss my gr atitu de to org anizingcommittee in Denpasar Bali for a good team work in arrangingthe for printing the proceeding is acknowledged fromEast Kalimantan Government Office and Indonesian MedicalAssociation East Kalimantan a thank you to Dr. dr. Hera Nirwati, who playedan integral role in creating this Proceeding book, and a heartfeltnote of appreciation to all contributors who made this Proceedingbook possible and hopefully our partnership in research andinternationally collaboration will sustain and enhance in the Ibrahim Consultant Neurosurgeon,Chief of Neurosurgery Dept - Abdul Wahab Sjahranie Hospital /Mulawarman Medical School. Samarinda - East Kalimantan. viCONTENTS1-12 Berbagai Metode untuk Mendeteksi ToxoplasmagondiiMultiple Approaches for Detecting ToxoplasmagondiiNi Nyoman Ayu Dewi13-25 Penggunaan Dana Bantuan Operasional KesehatanBOK dalam Kegiatan Promotif dan PreventifProgram Kesehatan Ibu dan Anak pada KeluargaMiskinCan Health Operational Cost Program BOK be Usedfor Maternal and Child Programme as Promotive andPreventive on Poor PeopleRahmat Bakhtiar26-43 Analisis Faktor Risiko Kanker Serviks di KalimantanTimurRisk Factor Analysis of Cervical Cancer in East KalimantanSwandari Paramita44-64 Seroprevalensi Antibodi IgG Anti Toxoplasmagondii pada Wanita Usia Subur di BanjarmasinBaratSeroprevalence of Antibody IgG Anti Toxoplasma gondiiin Women at Childbearing Age in West BanjarmasinIstiana65-79 Penggunaan Pewarnaan Giemsa dalam MendeteksiInfeksi Chlamydia pada Perempuan Tidak Hamil diKlinik Ginekologi dr. Wahidin Sudirohusodo viiUtilization of Giemsa Staining in the Detection ofChlamydial Infection among Non Pregnant WomenPresenting at The dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital’sGyneacology ClinicRizalinda Sjahril80-95 Deteksi dan Serotiping Virus Dengue dari SerumPenderita Demam Dengue di Medan MenggunakanReverse Transkriptase PCRDetection and Serotyping of Dengue Virus from DengueFever PatientsSerumin Medan by using ReverseTranscriptasePCRR. Lia Kusumawati96-109 Isolasi dan Identifikasi Streptokokus Grup BSGB dari Sekret Vagina Penderita VaginosisBakterialisIsolation and Identification Group B StreptococcusGBS from Vaginal Discharge of Patients with BacterialVaginosisZinatul Hayati110-117 Prevalensi dan Pola Kepekaan AntimikrobaAcinetobacter ba uma nnii yang D i iso lasi d ariSpesimen Klinik di RSUP H. Adam Malik HospitalMedan, Januari - Desember 2012Prevalence and Antimicrobial Susceptibility Pattern ofAcinetobacter baumannii Isolated from Clinical Specimensin H. Adam Malik Hospital Medan, January - December2012R. Lia Kusumawati118-125 Pengaruh Asam Folat dalam Kehamilan TerhadapRisiko Cacat pada JaninThe Effect of Folic Acid in Pregnancy on the Risk ofBirth DefectsHasanuddin viii126-133 Upaya Pengendalian dan Pencegahan Infeksi diBangsal Perawatan Anak RSUD Dr. MoewardiSurakarta, Jawa Tengah, IndonesiaThe Infection Control Activities in Pediatric Wards atDr. Moewardi Hospital RSDM Surakarta, Central Java,IndonesiaLeli Saptawati134-146 Perspektif Imunolog i Dema m R e mat i k danPenyakit Jantung Rematik pada AnakA Review of Immunology Perspective Pediatric RheumaticFever and Rheumatic Heart DiseasePuspa Lestari, Nataniel Tandirogang147-157 Genotiping HPV dan Pola Infeksi HPV PenderitaKanker Serviks di RSUD Dr. SoetomoHPV Genotyping and HPV Infection Pattern of CervicalCancer Patients in Dr. Soetomo HospitalRoudhotul Ismaillya Noor, Aryati, Pudjo Hartono158-169 Perbandingan Ekspresi Protein Bak dan IndeksApoptosis Sel Trofoblas pada KehamilanPreeklampsiaBerat dan Kehamilan NormotensiComparison of Trophoblast Cell Bak Protein Expressionand Apoptotic Index between Severe Preeclampsia andNormotensive PregnancyMarihot Pasaribu170-182 Interpretasi Hasil Uji Sitomegalovirus pada WanitaHamilInterpretation of Cytomegalovirus CMV Assay inPregnant WomenTitik Nuryastuti, Praseno183-194 Periventrikular Leukomalasia Post Infeksi SerratiamarcescensPeriventricular Keukomalacia after Serratia marcescensInfectionDwi Bahagia Febriani, Adhariana ix195-203 Pola Kepekaan S. aureus yang Diisolasi dari AnakPenderita Pioderma Terhadap Berbagai MacamAntibiotika di Waingapu, Sumba, Nusa TenggaraTimurSensitivity Pattern of S. aureus Isolated from Children withPyoderma Against VariousAntibiotics in Waingapu, Sumba,East Nusa TenggaraHera Nirwati, Sunardi Radiono, Lukman Ariwibowo, IPutu Yudha Hananta, Lia Galih Yogya Tama, RetnoDanarti204-213 Dinamika Serum Hormon Anti-Müllerian padaHiperstimulasi Ovarium TerkontrolSerum Anti-Müllerian Hormone AMH Dynamicsduring Controlled Ovarian HyperstimulationHermanus Suhartono, Thomas Chayadi, Ken Indra T 26Analisis Faktor Risiko Kanker Serviks diKalimantan TimurRisk Factor Analysis of Cervical Cancer inEast KalimantanSwandari ParamitaBagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas KedokteranUniversitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan TimurEmail swandariparamita The aim of the study is to find risk factorsassociated with cervical cancer in East This was a case-control study conducted in County General Hospital at Samarinda East were 58 patients for each case and control group. Variables inthis study were age, menarche, menopause, age of first marriage,parity, spouse’s smoking status, hormonal contraception use, typeof hormonal contraception, duration of hormonal contraception, IUDintra uterine device contraception use and duration of Final data analysis shows that parity and duration ofhormonal contraception use increased the risk of cervical who had 5-12 children than 0-4 children had risk to be cervical cancer. Compared to women never useof ho rmonal contraception, those who ever had hor monalcontraception for 1-4 years and 5-25 years had two time and increased risk to be cervical cancer It recommended that cervical cancer screeningcan be focused on high-risk groups, women with the number of 27children born more than five people, or women in particular us-ers of hormonal contraception methods with a range of use morethan five cervical cancer, risk factors, parity, hormonal contraceptionPendahuluanKanker serviks adalah kanker terbesar kedua penyebab kematianpada perempuan di dunia dengan angka kematian mencapai per tahun. Sekitar kasus baru dilaporkan di seluruhdunia setiap tahunnya dan hampir 80% diantaranya terjadi di negaraberkembang. Sebanyak kasus muncul di Afrika, kasusdi AmerikaSelatan dan yang terbanyak adalah kasus di serviks berada di peringkat ketiga untuk kanker yang palingsering ditemukan pada perempuan diIndonesia. Diperkirakan kasus baru setiap tahun di Indonesia dengan angka kematiansebesar kasus setiap tahun atau lebih dari separuhnya MOHRI,2007; WHO, 2010.Kanker serviks berbeda dari kanker lainnya karena memilikiupayapreventif yang terbukti keberhasilannya melalui Pap smeardanvaksinasi HPV Human Papillomavirus Burd, 2003.Meskipun memilikiupaya preventif, namun pada kenyataannya kanker serviks masihmenjadi masalah kesehatan utama di ini terbukti denganmasih besarnya masalah yang terjadi khususnya di negaraberkembang seperti Indonesia WHO, 2010.Kanker serviks juga berbeda dari kanker lainnya karena telahberhasil diidentifikasi etiologinya, yaitu HPV. Sejak tahun 1996, WHOsecara resmi menetapkan HPV sebagai etiologinya. Deng anperkembangan teknologi dalam bidang biologi molekuler, hinggakini telah ditemukan DNA HPV pada hampir 100% jaringankarsinomasel skuamosaserviks dan lebih dari 70% jaringan adenokarsinomaserviks Motoyama et al., 2004. 28Meskipun HPV merupakan etiologi kanker ser viks, namunternyata HPV hanya menjadi necessary cause terjadinya kankerserviks Schiffman dan Castle, 2003; Chen dan Hunter, 2005. Halini didukung fakta bahwa infeksi HPV sendiri menjadi salah satupenyakit menular seksual yang paling sering terjadi di dunia,namun ternyata tidak semua infeksi HPV akan berkembangmenjadi kanker. Berarti bahwa infeksi HPV saja tidak dapatmenimbulkan kanker, tetapi perlu adanya faktor-faktor risikolainnya Junget al., 2004; Shields et al., 2004.Paritas tinggi, kontrasepsi hormonal dan merokok merupakanfaktor risiko yang selalu menunjukkan hubungan konsistendengan terjadinya kanker serviks Castellsagué dan Muñoz, 2003;Schiffman dan Kjaer, 2003.Hingga kini belum pernah dilakukan penelitian mengenaibagai-man a h ubun g an antar a fak tor-f aktor r isiko denganterjadinya kanker serviks di Kalimantan Timur. Pentingnya haltersebut dilakukan karena prevalensi kanker serviks menempatiperingkat atas untuk kanker yang ditemukan pada wanita di In-donesia. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukanunt u k m encar i a danya hubungan a ntar a f aktor-f aktorrisikodengan terjadinya kanker PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasionalberbasis populasi yang dilakukan di rumah sakit hospital-basedstudy. Desain penelitian yang digunakan adalah dilaksanakan di Bagian Obstetri-Ginekologi PoliklinikRawat Jalan dan Bangsal Rawat Inap dan Laboratorium PatologiAnatomi RSUD Sjahranie Samarinda. Setiap responden yangmenjadi sampel penelitian harus terlebih dahulu menandatanganiinformed consent yang menyatakan persetujuannya diikutsertakandalam penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini telah mendapatkanethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Fakultas KedokteranUniversitas Brawijaya Malang untuk persetujuan pelaksanaanpenelitian pada manusia. 29Dalam penelitian ini yang termasuk dalam kelompok kasusadalah pasien dengan hasil pemeriksaan histopatologi terhadapbiopsi ser viks yang menunjukkan adanya proses termasuk dalam kelompok kontrol adalah pasiendengan hasil pemeriksaan histopatologiterhadap biopsi serviks yangtidak menunjukkan adanya proses keganasan. Baik untuk kelompokkasus dan kontrol diambil dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diLaboratorium Patologi Anatomi RSUD Sjahranie Samarindadalam kurun waktu penelitian selama 6 bulan mulai 1 Januari 2009sampai dengan 31 Juli perhitungan maka jumlahsampel yang harus diteliti untuk masing-masing kelompok kasus dankontrolsebanyak 58 sampel dilakukan dengan cara purposive sam-pling. Dalam cara ini diambil responden penelitian yang memenuhikriteria inklusi dan eksklusi dari pasien yang dirawat di BagianObstetri-Ginekologi RSUD Sjahranie Samarinda rawat jalan danrawat inap, hingga tercapai jumlah sampel inklusi dalam penelitian ini adalah wanita dewasa yangberusia diatas 17 tahun dan/atau sudah menikah yang menyetujuiuntuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Pasien yang diambiladalah yang menjalani pemeriksaan histopatologi terhadap jaringanserviksnya. Jaringan serviks yang diambil bisa berasal dari hasil biopsiserviks atauhasil operasi histerektomi yang diambil sebagian jaringanserviksnya untuk pemeriksaan eksklusi dalam penelitian ini adalah mereka yang menolakuntuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi jugaberlaku jika pasien dalam rekam medisnya tercatat menderita kankerselain kanker serviks atau memiliki keluargadalamhubungan sedarahsatu tingkat ke atas, sederajat maupun satu tingkat ke bawah yangmenderita kanker jenis terikat dalam penelitian ini adalah kanker bebas dalam penelitian ini adalah umur, menarche,menopause, usia pertama kali menikah, paritas, status merokok 30suami, kontrasepsi hormonal, jenis kontrasepsi hormonal, lamakontrasepsi hormonal, serta ko ntrasepsi IUD intra uterine devicedan lama kontrasepsi data dilakukan untuk melihat adanya hubungan danbesarnya risiko antara variabel terikatkanker serviks dan variabelbebas umur, menarche, menopause, usia pertama kali menikah,par itas, status meroko k suami, kontrasepsi hormonal, jeniskontrasepsi hormonal, lama kontrasepsi hormonal, kontrasepsi IUDdan lama kontrasepsi IUD. Untuk melihat adanya hubungan dilakukandenganchi-squaretest. Jika terdapat paling tidak satu sel yang memilikiexpected count kurang dari 5, maka tidak dapat dilakukan chi-squaretest, sehingga harus dilakukan fisher’s exact test. Untuk mencaribesarnya risiko dilakukan dengan perhitungan OR odds ratio. Keduacara tersebut didapat menggunakan program SPSS versi fisher’s exact testdinyatakan berhubungan secarasignif ikan jika ditemukan nilai p1. Selainnilai OR, juga harus diperhatikan nilai 95% CI 95% confidence interval,dimana OR benar-benar menjadi faktor risiko jika lebih besar dari 1dengan rentang nilai 95% CI yang juga lebih besar dari multivariat juga dilakukan untuk menguji secarabersama-sama seluruh variabel bebas, sehingga dapat dilihat variabel manayang paling berpengaruh terhadap kanker serviks. Karena variabelterikat dan variabel bebasnya berskala nominal, maka analisis yangdigunakan adalah regresi logistik. Hasil analisis regresi logistikdinyatakan berhubungan secara signifikan jika ditemukan nilai p<0,05. Hasil analisis multivariat ini juga didapat menggunakan programSPSS versi PenelitianJumlah pasien yang menjadi sampel dalam penelitian inisebanyak 116 orang, yang terdiri dari 58 pasien dari kelompok 31kasus dan 58 pasien dari kelompok kontrol. Untuk hasil diagnosispasien dari kelompok kasus, terdapat 10 17,2% pasien denganCIN I cervical intraepithelial neoplasia, 6 10,3% pasien denganCIN II, 8 13,8% pasien dengan kanker serviks stadium I-B, 915,5% pasien dengan kanker serviks stadium II-A, 9 15,5%pasien dengan kanker serviks stadium II-B dan 16 27,6% pasienkanker serviks stadium hasil biopsi pasien dari kelompok kasus, terdapat 1017,2% pasien dengan CIN I, 6 10,3% pasien dengan CIN II, 2543,1% pasien dengan non keratinizing epidermoid carcinoma, 3 5,2%pasien dengan keratinizing epidermoid carcinoma, 8 13,8% pasiendengan adenocarcinoma, 4 6,9% pasien dengan adenosquamouscarcinoma, dan 2 3,4% pasien dengan small cell 11 variabel faktor risiko terjadinya kanker serviks yangditeliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut adalah umur,menarche, menopause, usia pertama kali menikah, paritas, statusmerokok suami, kontrasepsi hormonal, jenis kontrasepsi hormonal,lama kontrasepsi hormonal, kontrasepsi IUD dan lama 1 menunjukkan risiko terjadinya kanker serviks terhadapkarakteristik demografi dan reproduksi pasien, yaitu umur, menarche,menopause, usia pertama kali menikah, paritas dan status merokoksuami. Hasilnya menunjukkan bahwa paritas sama atau lebih dari 5anak berhubungan signifikan dengan risiko terjadinya kanker serviksp=0,042 OR=2,59 95%CI=1,02-6,61. 32Tabel 1. Karakteristik Demografi dan Reproduksi Pasien TerhadapRisiko Terjadinya Kanker ServiksTabel 2 menu njukkan hasil analisis multivar iat terhadapkarakteristik demografi dan reproduksi pasien. Hasilnya menunjukkanbahwa secara bersama-sama perempuan dengan paritas tinggi yangsudah menopause berhubungan signifikan dengan risiko terjadinyakanker serviks. 33Tabel 2. Analisis Multivariat Karakteristik Demograf i dan ReproduksiPasien Terhadap Risiko Terjadinya Kanker ServiksTabel 3 menunjukkan risiko terjadinya kanker serviks terhadapkarakteristik penggunaan kontrasepsi pasien, yaitu kontrasepsihormonal, jenis kontrasepsi hormonal, lama kontrasepsi hormonal,kontrasepsi IUD dan lama kontrasepsi IUD. Hasilnya menunjukkanbahwa jika pernah menggunakan kontrasepsi hormonal p=0,007OR=2,93 95%CI=1,33-6,48, kontrasepsi hormonal jenis estrogen danprogestin p=0,001 OR=4,20 95%CI=1,81-9,80 serta lama 34penggunaan kontrasepsi hormonal lebih dari 5 tahun p=0,008OR=3,23 95%CI=1,35-7,69 berhubungan signifikan denganterjadinya kanker 3. Karakteristik Penggunaan Kontrasepsi Pasien TerhadapRisiko Terjadinya Kanker ServiksTabel 4 menunjukkan hasil analisis multivariat untuk faktorparitas, pengg unaan, jenis dan lama kontrasepsi hormonal terhadaprisiko terjadinya kanker serviks. Terlihat bahwa paritas lebih dari 5 35anak p=0,032 OR=3,04 95%CI=1,10-8,40 serta penggunaankontrasepsi hormonal jenis estrogen dan progestin p=0,005OR=7,14 95% CI= 1,81-28,57 yang berhubungan signifikandengan terjadinya kanker 4. Analisis Multivariat Paritas, Penggunaan, Jenis dan LamaKontrasepsi Hormonal Terhadap Risiko Terjadinya KankerServiksPembahasanJumlah pasien yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak116 orang, yang terdiri dari 58 pasien dari kelompok kasus dan 58orang dari kelompok kontrol. Dari pasien yang termasuk dalamkelompok kasus, sebanyak 27,6% merupakan pasien kanker serviks 36stadium III. Pada stadium ini, kanker serviks sudah menjalarhingg a mencap ai din ding pan ggu l Janicek d an Averette,2001;Abuet al.,2004. Kelompok ini adalah yang tertinggi jikadiba ndingkan dengan lainn ya. Hal ini sesuai dengan datamengenai kondisi kanker serviks di Indonesia, dimana sebagianbesar pasien kanker serviks yang datang berobat ke rumah sakitsudah berada pada stadium lanjut Tjindarbumi dan Mangun-kusumo, 2002;Suwiyoga, 2006. Dari pasien yang termasuk dalamkelompok kas us, sebanyak 43,1% pasien menunjukkan hasilpemeriksaan histopatologi untuk kanker serviks, yaitu non kerati-nizing epidermoid carcinoma. Kelompok ini adalah yang tertinggijika dibandingkan dengan lainnya. Hal ini serupa dengan hasilpemeriksaan histopatologi terhadap kanker serviks di berbagaibelahan dunia lain, dimana squamous cell carcinoma adalah jenisyang paling sering ditemukan Casciato, 2004.Terdapat 11 variabel faktor risiko terjadinya kanker serviks yangditeliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut adalah umur,menarche, menopause, usia pertama kali menikah, paritas, statusmerokok suami, kontrasepsi hormonal, jenis kontrasepsi hormonal,lama kontrasepsi hormonal, kontrasepsi IUD dan lama kontrasepsiIUD. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa paritas lebih dari5 anak p=0,041 OR=2,97 95%CI=1,05-8,47 serta penggunaankontrasepsi hormonal jenis estrogen dan progestin p=0,001 OR=4,2995%CI=1,78-10,31 yang berhubungan signifikan dengan terjadinyakanker ini serupa dengan penelitian pooled-analysis olehCastellsaguéet al.2006 untuk International Agency for Research onCancer Multicenter Cervical Cancer Study Group, yang menemukanbahwa kofaktor yang berhubungan signifikan secara statistik dengankanker serviks adalah penggunaan kontrasepsi hormonal jangkapanjang dan paritas tinggi. Sementara itu penelitian oleh Thomas etal.2001 di Thailand juga menemukan bahwa risiko kanker serviks 37meningkat dengan paritas dan penggunaan kontrasepsi hormonalnamun bukan yang jenis i njeksi prog es tin . Pen elit ian in imenemukan bahwa faktor yang menjadi predisposisi infeksi HPV-16 dan HPV-18 yang onkogenik adalah estrogen atau progestinbersama dengan estr faktor risiko paritas tinggi, penelitian oleh Muñozetal.2002 untuk International Agency for Research on Cancer, Multi-centric Cervical Cancer Study Group menunjukkan bahwa paritastinggi meningkatkan risiko karsinoma sel skuamous serviks padaperempuan dengan HPV positif. Penelitian ini menemukanhubungan langsung antara jumlah kehamilan dengan risikokarsinoma sel skuamous, OR untuk kehamilan 7 kali atau lebihadalah 3,8 95% CI=2,7-5,5 jika dibandingkan dengan perempuanyang tidak pernah melahirkan dan 2,3 9 5% CI=1,6-3,2 jikadibandingkan dengan perempuan dengan 1-2 kali itu penelitian oleh De Boer et al.2006 di Indonesiajuga menunjukkan bahwa paritas tinggi adalah fakto r risikosignifikan untuk kanker faktor risiko penggunaan kontrasepsihormonal, penelitianoleh Moreno et al.2002 untuk International Agency for Research onCancer, Multicentric Cervical Cancer Study Group, menunjukkan bahwapeng gunaan kon trasepsi hormonal menjadi kofaktor yangmeningkatkan risiko kanker serviks sebanyak 4 kali lipat padaperempuan dengan DNA HPV yang positif pada serviksnya. Oddsratio penggunaan kontrasepsi hormonal adalah 2,82 95% CI=1,46-5,42 untuk 5-9 tahun dan 4,03 95% CI=2,09-8,02 untuk 10 tahunkeatas. Sementara itu penelitian oleh International Collaboration ofEpidemiological Studies of Cervical Cancer 2007 pada penggunakontrasepsi hormonal menemukan peningkatan risiko kanker serviksyang invasif dengan peningkatandurasi penggunaannya risiko relatifuntuk 5 tahun ataulebih jika dibandingkan dengan bukan penggunaadalah 1,90 95% CI=1,69-2,13. Sementara itu penelitian oleh 38Vanankovit da n Tane e pan ich s k ul 2008 di T h ail and jug amenunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal jangkapanjang dapat menjadi kofaktor yang meningkatkan risiko kankerser viks. Odds ratio untuk penggunaan kontrasepsi h ormonalselama lebih dari 3 tahun adalah 2,57 95%CI=1,22-5,49 yangsignifikan secara khusus harus diberikan pada hasil penelitian inikarenahanya dilakukan satu kali pengukuran paritas dan penggunaankontrasepsi, sehingga tidak bisa memperhitungkan kemungkinanadanya paritas lagi, p enghentian atau memulai penggunaankontrasepsi hormonal setelah penelitian berlangsung. Perubahanhormonal yang dipicu oleh kehamilan peningkatan kadar estrogendan progesterin dan penggunaan kontrasepsi hormonal dapatmemodulasi respon imun terhadap HPV dan mempengaruhi risikopersistensi atau progresivitas infeksi HPV. Mekanisme hormonaldiduga menjadi penjelasan biologis untuk hubungan antara paritasdengan lesi prakanker dan kanker serviks pada perempuan yangterinfeksi HPV. Karena adanya efek serupa dengan penggunaankontrasepsi hormonal, pengaruh hormonal ini dapat dianggapmenjadi kandidat kofaktor HPV yang paling kuat Morenoet al., 2002;Muñozet al., 2002.Tidak banyak hasil penelitian yang mendukung mekanismedimana pengaruh hormonal dapat memodulasi risiko progresivitasmenjadi lesi prakanker atau kanker ser viks pada perempuanterinfeksi HPV. Mekanisme terkait hormonal dapat mempengaruhiprogresivitas dari lesi serviks praganas menjadi ganas denganmeningkatkan integrasi DNA HPV kedalam genom host, yangselanjutnya menyebabkan deregulasi ekspresi protein E6 dan penelitian eksperimantal menunjukkan bahwa estradiol dapatmenstimulasi transkripsi E6 dan E7 dari HPV-16. Protein E6 dan E7berkaitan dengan potensi onkogenik dari HPV-16. Efek estrogen padatranskripsi gen viral ini merupakan relevansi biologis dalam 39perubahan sel serviks yang terinfeksi HPV-16 menuju ke arahkeganasan. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwaterdapat mekanisme sinergis antara paparan estrogen jangkapanjang dengan onkogen HPV-16 yang selanjutnya memodulasiproses karsinogenesis pada serviks. Diduga kontrasepsi hormonaljuga dapat memfasilitasi reaktivasi atau persistensi infeksi HPV melaluimekanisme imunologis Morenoet al., 2002.Hasil penelitian lain juga mendukung adanya hubungan antarafaktor hormonal dengan kanker serviks. Brabin 2002 menyatakanbahwa dalam kondisi infeksi HPV yang persisten, hormon seks steroidestrogen dan/atau progsteron berhubungan dengan progresivitasmenjadi kanker serviks. Moodley et al.2003 menyatakan bahwakontrasepsi steroid memiliki mekanisme yang membantu HPVmengembangkan efek tumorigenik pada jaringan serviks. Steroiddiduga akan berikatan dengan sekuens DNA yang spesifik dalamtranscriptional regul at ory region dari DNA HPV yang dapatmeningkatkan atau menekan transkripsi dari berbagai gen. Upstreamregulatory region URR dari genom viral HPV-16 memediasi kontroltranskripsi genom HPV dan diduga juga mengandung elemen pemicuyang dapat diaktivasi oleh hormon steroid. Telah diketahui pula bahwahormon steroid dapat berikatan dengan elemen glucocorticoid-response yang spesifik dalam DNA oleh Brake dan Lambert 2005 menemukan bahwatumor yang muncul pada tikus transgenik HPV-16 yang dipapardengan estrogen selama9 bulan menunjukkan peningkatan ukuranjika dibandingkan dengan paparan estrogen selama 6 bulan. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa estrogen berperan penting tidakhanyapada pembentukan kanker serviks namun juga persistensi danperkembangan lebih lanjut dari kanker serviks ini pada hewan penelitian oleh Kim et al.2000 juga menunjukkan hasilyang serupa. Dalam penelitian ini, sel kanker serviks HeLa, CaSkiand C33A dikultur dengan penambahan 17â-estradiol untuk diamati 40efek pengaturan pertumbuhannya serta ekspresi gen E6 dan E7dari HPV. Stimulasi pertumbuhan sel kanker ser viks yang HPVpositif ini dengan estrogen berhubungan dengan peningkatanekspresi E6 dan E7 dari HPV. Semua data penelitian tersebutmenunjukkan bawa estrogen menjadi faktor risiko dalam proseskarsinogenesis pada serviks yang diperantarai oleh lebih dari 5 kali, penggunaan kontrasepsi hormonal jeniskombinasi estrogen dan progestin serta menopause berhubungandengan peningkatan risiko terjadinya kanker serviks. Hasil penelitianini menunjukkan bahwa aspek hormonal, yaitu estrogen berperandalam proses karsinogenesis kanker serviks. Disarankan agar upayapromotif dan preventif kanker serviks difokuskan pada kelompokberisiko tinggi, yaitu perempuan yang telah menopause, paritas tinggidan pengguna kontrasepsi hormonal jenis kombinasi estrogen danprogesteron, serta dilakukan sejalan dengan program keluargaberencana. Upaya yang dilakukan terutama terkait pelaksanaan PapSmear sebagai bagian dari upaya preventif kanker serviks, yang harusdidukung dengan upaya PustakaAbu et al., 2004. The Current Management of Cervical Gynaecol Lond, 6, L., 2002. Interactions of the Female Hormonal Environment,Susceptibility to Viral Infections, and Disease Progression. AIDSPatient Care STDS,16, T. and Lambert Estrogen Contributes to the Onset,Persistence, and Malignant Progression of Cervical Cancer in AHuman Papillomavirus-transgenic Mouse Model. Publ Natl AcadSci., 102, 2490-2495. 41Burd 2003. Human Papillomavirus and Cervical Cancer. ClinMicrobiol Rev., 16, 2004 Manual of Clinical Oncology 5 th ed. Phila-delphia Lippincott Williams & X. and Muñoz N., 2003. Chapter 3 Cofactors in Hu-man Papillomavirus Carcinogenesis—Role of Parity, Oral Con-traceptives, and Tobacco Smoking. J Natl Cancer Inst Mono-graphs, 31, X., et al., for International Agency for Research onCancer Multicenter Cervical Cancer Study Group. 2006. World-wide Human Papillomavirus Etiology of Cervical Adenocarci-noma and Its Cofactors Implications for Screening and Pre-vention. J Natl Cancer Inst., 98, and Hunter 2005. Molecular Epidemiology of Cancer J Clin., 55, Boer et al., 2006. Human Papillomavirus Type 18 and OtherRisk Factors for Cervical Cancer in Jakarta, JGynecol Cancer,16, Collaboration of Epidemiological Studies of CervicalCancer, Appleby P., et al., 2007. Cervical Cancer and HormonalContraceptives Collaborative Reanalysis of Individual Data for16,573 Women with Cervical Cancer and 35,509 Women WithoutCervical Cancer From 24 Epidemiological Studies. Lancet, 370, and Averette 2001. Cervical Cancer Prevention,Diagnosis, and Therapeutics. CA Cancer J Clin., 51, W., et al., 2004. Strategies Against Human PapillomavirusInfection and Cervical Cancer. J Microbiol., 42, et al.,2000. Regulation of Cell Growth and HPV Genes byExogenous Estrogen in Cer J GynecolCancer,10, 157-164. 42Ministry of Health Republic of Indonesia. 2007 Indonesia HealthProfile 2005. Jakarta Ministry of Health Republic of M., et al., 2003. The Role of Steroid Contraceptive Hor-mones in the Pathogenesis of Invasive Cer vical Cancer AReview. Intl J Gynecol Cancer, 13, V., et al.,for International Agency for Research on Can-cer, Multicentric Cervical Cancer Study Group, 2002. Effect ofOral Contraceptives on Risk of Cer vical Cancer in Womenwith Human Papillomavirus Infection The IARC MulticentricCase-Control Study. Lancet, 359, S., et al., 2004. The Role of Human Papilloma Virus inthe Molecular Biology of Cervical Carcinogenesis. Kobe J MedSci., 50, N., et al.,forInternational Agency for Research on Cancer,Multicentric Cervical Cancer Study Group, 2002. Role of Par-ity and Human Papillomavirus in Cervical Cancer The IARCMulticentric Case-Control Study. Lancet, 359, M. and Kjaer 2003. Chapter 2 Natural History ofAnogenital Human Papillomavirus Infection and Cancer Inst Monographs, 31, and Castle P., 2003. Epidemiologic Studies of aNecessary Causal Risk Factor Human Papillomavirus Infec-tion and Cervical Neoplasia. JNatl Cancer Inst Monographs,95, et al., 2004. A Case-Control Study of Risk Factors forInvasive Cervical Cancer among Women Exposed toOncogenic Types of Human Papillomavirus. Cancer EpidemiolBiomarkers Prev., 13, 2006. Tes Human Papillomavirus Sebagai SkriningAlternatif Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran, 151, 29-32. 43Thomas et al., 2001. Human Papillomaviruses and CervicalCancer in Bangkok. I. Risk Factors for Invasive Cervical Carci-nomas with Human Papillomavirus Types 16 and 18 DN J Epidemiol., 153, D., and Mangunkusumo R., 2002. Cancer in Indonesia,Present and Future. Japan J Clin Oncol., 32, N., and Taneepanichskul S., 2008. Effect of OralContraceptives on Risk of Cervical Cancer. J Med Assoc Thai.,91, Health Organization 2010 World Human Papillomavirusand Related Cancer, Summary Report Update 2010. GenevaWorld Health Organization. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this cancers of the uterine cervix are squamous cell carcinomas. Although the incidence of such carcinomas of the uterine cervix has declined over time, that of cervical adenocarcinoma has risen in recent years. The extent to which human papillomavirus HPV infection and cofactors may explain this differential trend is unclear. We pooled data from eight case-control studies of cervical cancer that were conducted on three continents. A total of 167 case patients with invasive cervical adenocarcinoma 112 with adenocarcinoma and 55 with adenosquamous carcinoma and 1881 hospital-based control subjects were included. HPV DNA was analyzed in cervical specimens with the GP5+/6+ general primer system followed by type-specific hybridization for 33 HPV genotypes. Blood samples were analyzed for chlamydial and herpes simplex virus 2 HSV-2 serology. Multivariable unconditional logistic regression modeling was used to calculate odds ratios ORs with 95% confidence intervals CIs. All tests of statistical significance were two-sided. The adjusted overall odds ratio for cervical adenocarcinoma in HPV-positive women compared with HPV-negative women was 95% CI = to HPV 16 and HPV 18 were the two most commonly detected HPV types in case patients and control subjects. These two types were present in 82% of the patients. Cofactors that showed clear statistically significant positive associations with cervical adenocarcinoma overall and among HPV-positive women included never schooling, poor hygiene, sexual behavior-related variables, long-term use of hormonal contraception, high parity, and HSV-2 seropositivity. Parity had a weaker association with adenocarcinoma and only among HPV-positive women. Use of an intrauterine device IUD had a statistically significant inverse association with risk of adenocarcinoma for ever use of an IUD compared with never use, OR = .41 [95% CI = to Smoking and chlamydial seropositivity were not associated with disease. HPV appears to be the key risk factor for cervical adenocarcinoma. HPV testing in primary screening using current mixtures of HPV types and HPV vaccination against main HPV types should reduce the incidence of this cancer B ThomasR M RayA KoetsawangSuporn KoetsawangPersonal interviews, tests for antibodies to herpes simplex virus type 2, Treponema pallidum, and hepatitis B, tests for hepatitis B surface antigen HBsAg, and polymerase chain reaction-based assays for human papillomavirus HPV DNA in cervical scrapings were obtained from 190 women with squamous cell and 42 women with adenomatous cervical carcinoma and from 291 hospitalized controls diagnosed in Bangkok, Thailand, between September 1991 and September 1993. Risk was strongly associated with oncogenic HPV types, with types 16 and 18 predominating in squamous and adenomatous lesions, respectively. The 126 cases with HPV-16 and the 42 cases with HPV-18 were compared with 250 controls with no evidence of any HPV. The risk of both viral tumor types increased with decreasing age at first intercourse in this predominantly monogamous population, which may be explained by more visits to prostitutes by the husbands of cases with early than late age at first intercourse. HPV-16 tumors were weakly associated with HBsAg carrier state and smoking. The risk of tumors of both viral types increased with parity and use of oral contraceptives but not with injectable progestogens. Factors that may predispose to persistent, oncogenic HPV-16 or -18 infection may include estrogens or progestins in the presence of estrogens, immunosuppression, and smoking, but other factors related to low socioeconomic status are also D. ShermanK C CalmanS. EckhardtB. SalvadoriThe continuing success of the VICC's Manual of Clinical Oncology and the continuing refinement of our educational objectives in cancer designed for graduating medical students and young practitioners, cou pled with significant additional knowledge in the cancer field have allIed to the decision to publish a Fourth Edition. The collaboration of the World Health Organization WHO and the Pan-American Health Orga nization PAHO in our international and regional conferences in cancer education and the development of courses using the Manual as a basic resource have aided further definition of the VICC's role in cancer educa tion throughout the world. Our Revision Committee believes that we have incorporated in this small volume most of the knowledge about cancer which is essential for all students and practioners to know and that we have done so in a clear and concise manner. A large proportion of the material presented herein is devoted to basic aspects, yet presented so that the clinical implications are clear. Although we do not feel that general physicians need to know minor details about all cancers, we feel it is particularly important to be somewhat thorough in our discussions of the more common cancers. We have omitted discussion of the rare cancers, and limited ourselves to the major concepts and princi ples of the less common B. ThomasPersonal interviews tests for antibodies to herpes simplex virus type 2 Treponema pallidum and hepatitis B a test for hepatitis B surface antigen HBsAg and polymerase chain reaction-based assays for human papillomavirus HPV DNA in cervical scrapings were obtained from 190 women with squamous cell and 42 women with adenomatous cervical carcinoma and from 291 hospitalized controls diagnosed in Bangkok Thailand between September 1991 and September 1993. Risk was strongly associated with oncogenic HPV types with types 16 and 18 predominating in squamous and adenomatous lesions respectively. The 126 cases with HPV-16 and the 42 cases with HPV-18 were compared with 250 controls with no evidence of any HPV. The risk of both viral tumor types increased with decreasing age at first intercourse in this predominantly monogamous population which may be explained by more visits to prostitutes by the husbands of cases with early than late age at first intercourse. HPV-16 tumors were weakly associated with HBsAg carrier state and smoking. The risk of tumors of both viral type increased with parity and use of oral contraceptives but not with injectable progestogens. Factors that may predispose to persistent oncogenic HPV-16 or -18 infection may include estrogens or progestins in the presence of estrogens immunosuppression and smoking but other factors related to low socioeconomic status are also involved. authorsBackground Combined oral contraceptives are classified by the International Agency for Research on Cancer as a cause of cervical cancer. As the incidence of cervical cancer increases with age, the public-health implications of this association depend largely on the persistence of effects long after use of oral contraceptives has ceased. Information from 24 studies worldwide is pooled here to investigate the association between cervical carcinoma and pattern of oral contraceptive use. Methods Individual data for 16 573 women with cervical cancer and 35 509 without cervical cancer were reanalysed centrally. Relative risks of cervical cancer were estimated by conditional logistic regression, stratifying by study, age, number of sexual partners, age at first intercourse, parity, smoking, and screening. Findings Among current users of oral contraceptives the risk of invasive cervical cancer increased with increasing duration of use relative risk for 5 or more years' use versus never use, 1-90 [95% Cl 1-69-2-13]. The risk declined after use ceased, and by 10 or more years had returned to that of never users. A similar pattern of risk was seen both for invasive and in-situ cancer, and in women who tested positive for high-risk human papillornavirus. Relative risk did not vary substantially between women with different characteristics. Interpretation The relative risk of cervical cancer is increased in current users of oral contraceptives and declines after use ceases. 10 years' use of oral contraceptives from around age 20 to 30 years is estimated to increase the cumulative incidence of invasive cervical cancer by age 50 from to per 1000 in less developed countries and from to per 1000 in more developed parity has long been suspected of being associated with an increased risk of cervical cancer, but previous analyses of this association have not taken the strong effect of human papillomavirus HPV into account. To assess the role of reproductive factors in the progression from HPV infection to cancer, we did a pooled analysis including only HPV-positive women. We pooled data from eight case-control studies on invasive cervical carcinoma ICC and two on in-situ carcinoma ISC from four continents. 1465 patients with squamous-cell ICCs, 211 with ISCs, 124 with adenocarcinomas or adenosquamous ICCs, and 255 control women, all positive for HPV DNA by PCR-based assays, were analysed. We calculated pooled odds ratios by means of unconditional multiple logistic regression models, and adjusted them for sexual and non-sexual confounding factors. The 95% CI were estimated by treating the odds ratio as floating absolute risk. We found a direct association between the number of full-term pregnancies and squamous-cell cancer risk the odds ratio for seven full-term pregnancies or more was 95% CI compared with nulliparous women, and compared with women who had one or two full-term pregnancies. There was no significant association between risk of adenocarcinoma or adenosquamous carcinoma and number of full-term pregnancies. High parity increases the risk of squamous-cell carcinoma of the cervix among HPV-positive women. A general decline in parity might therefore partly explain the reduction in cervical cancer recently seen in most CJ, Um SJ, Kim TY, Kim EJ, Park TC, Kim SJ, Namkoong SE, Park JS. Regulation of cell growth and HPV genes by exogenous estrogen in cervical cancer cells. Human papillomavirus HPV infection is known as the major cause of the development of cervical cancer. The E6 and E7 proteins of oncogenic HPV can play critical roles in immortalization and malignant transformation of cervical epithelial cells. From the previous epidemiologic data, it has been determined that long-term use of oral contraceptives may be a risk factor for cervical cancer. Investigation of the estrogenic and antiestrogenic effects on the proliferation of cervical cancer cells and the gene expression of HPV would help to explain the role of estrogen in the HPV-associated pathogenesis of cervical cancer. In this study, cervical cancer cells HeLa, CaSki, and C33A were cultured in vitro in the presence of 17β-estradiol or tamoxifen to observe their regulatory growth effect and HPV E6/E7 gene expression. The estrogenic effect on the promoter activity of HPV URR was further confirmed by transient transfection assay, which was conducted in C33A cells using the HPV-18 URR-CAT reporter plasmid. The supplemental effect of estrogen receptors on URR promoter activity was also evaluated. The proliferation of HeLa and CaSki cells was stimulated by estradiol at physiologic concentration levels ≤1 × 10–6 M. At a low concentration × 10–6 M, tamoxifen also stimulated the proliferation of HeLa and CaSki cells. In contrast to HPV-positive cervical cells, the proliferation of C33A was not influenced by exogenous estradiol or tamoxifen, indicating that HPV might play a role in the hormonal stimulation of cell growth. Interestingly, the proliferation of HeLa was markedly suppressed at high concentrations of estradiol and tamoxifen 5 and 10 × 10–6 M. The levels of HPV-18 E6 and E7 mRNA were significantly increased by estradiol at a concentration of × 10–6 M. Transient transfection experiments using the HPV URR-CAT reporter plasmid in C33A cells indicated that the expression of HPV E6/E7 genes was increased by the treatment of estradiol and tamoxifen. Co-transfection of estrogen receptors ER and URR-CAT leads to a fourfold increase in CAT activity by estradiol or tamoxifen at physiologic concentrations. When estradiol or tamoxifen was administered at high concentrations 5 × 10–6 M, a DNA ladder, typically indicative of apoptosis, was observed in HeLa cells. In conclusion, estradiol stimulated the growth of HPV-positive cervical cancer cells, as did tamoxifen at low concentrations × 10–6 M. The growth stimulation of HPV-positive cervical cancer cells by estrogen appeared to be related to the increased expression of HPV E6/E7. Growth suppression observed at high concentrations of estradiol and tamoxifen in HeLa cells might be a result of apoptosis. Taken together, these data suggested that exogenous estradiol might be a risk factor in HPV-mediated cervical carcinogenesis. Mike JanicekHervy E. AveretteCervical cancer is a leading cause of cancer deaths in women worldwide. Because of its association with human papilloma virus infection, as well as the ability to screen for premalignant stages of the disease, it is now largely a preventable disease. This article describes the molecular basis for cervical cancer, and presents a clinical overview of current treatment approaches and technological advances, emphasizing the unique aspects of this viral disease as it relates to the immune system and vaccination or other immunotherapeutic TjindarbumiRukmini MangunkusumoCancer control has been in effect in Indonesia since the early 1920s. It was the Dutch Colonial Government who started with the Institution for Cancer Control, which was closed by the Japanese Occupation Administration between 1942 and 1945. After the independence of the Republic of Indonesia, a Cancer Control Foundation was established in 1962. At present, clinical and non-clinical departments in government teaching hospitals there are 13 teaching hospitals usually handle all cancer problems. In 1993, Dharmais Cancer Center in Jakarta was established and has become the top referral cancer hospital for Indonesia. Until now, there have been no nationwide accurate data on cancer registration, owing to a lack of funds and manpower. Cancer data collection is usually provided as a relative frequency study from several departments of the teaching hospitals. It is currently estimated that there will be at least 170-190 new cancer cases annually for each 100 000 people. The most frequent and primary cancers are cervix, breast, lymph node, skin and nasopharynx. Since Indonesia is now in a transition phase and has many problems concerning the economy and health care, we suggested a well-planned cancer control program. It includes the primary, secondary and tertiary prevention of cancer in cities, where inhabitants can afford to subsidize a certain proportion of the budgets for the implementation of this program.
ArticlePDF AvailableAbstractAbout cervical carcinoma new cases are found with more than death cases annually Rasjidi, 2009. Cervical cancer is the highest prevalence of disease among women in Indonesia, it is equal to 0,80/00 Kemenkes RI, 2015. Cervical cancer is caused by multifactors which are able to increase cervical cancer case, one of risk factors is personal hygiene. This study aims to analyze cervival cancer risk diff erence based on personal hygiene which consists of vaginal antiseptic usage, frequency of changing underpants, frequency of changing napkins, water utilization for vagina, public toilet utilization, vaginal discharge history, joint towel and underpants among childbearing women. This study is a case control study which case groups are 15–49 old women with cervical carcinoma, while control groups are 15–49 years old women and are undiagnosed cervical cancer. The result of this study showed that joint underpants has the highest Risk Diff erence RD = 95% CI It is recommended for women to keep personal hygiene. Keyword personal Hygiene, Cervical Cancer, Cervical Cancer risk Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 82PERBANDINGAN RISIKO CA SERVIKS BERDASARKAN PERSONAL HYGIENE PADA WANITA USIA SUBUR DI YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA SURABAYACERVICAL CANCER RISK DIFFERENCE BASED ON PERSONAL HYGIENE AMONG CHILDBEARING AGE WOMEN AT YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA SURABAYANessia Rachma Dianti, IsfandiariDepartemen EpidemiologiFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya Email nessiarachmadianti About cervical carcinoma new cases are found with more than death cases annually Rasjidi, 2009. Cervical cancer is the highest prevalence of disease among women in Indonesia, it is equal to 0,80/00 Kemenkes RI, 2015. Cervical cancer is caused by multifactors which are able to increase cervical cancer case, one of risk factors is personal hygiene. This study aims to analyze cervival cancer risk diff erence based on personal hygiene which consists of vaginal antiseptic usage, frequency of changing underpants, frequency of changing napkins, water utilization for vagina, public toilet utilization, vaginal discharge history, joint towel and underpants among childbearing women. This study is a case control study which case groups are 15–49 old women with cervical carcinoma, while control groups are 15–49 years old women and are undiagnosed cervical cancer. The result of this study showed that joint underpants has the highest Risk Diff erence RD = 95% CI It is recommended for women to keep personal hygiene. Keyword personal Hygiene, Cervical Cancer, Cervical Cancer riskAbstrak Setiap tahun, sebanyak ditemukan kasus baru ca serviks dengan jumlah kematian lebih dari Rasjidi, 2009. Di Indonesia ca serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi pada wanita yaitu sebesar 0,80/00 Kemenkes RI, 2015. Banyak faktor yang meningkatkan kejadian ca serviks salah satunya yaitu kebersihan diri. Studi ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan besar risiko ca serviks berdasarkan kebersihan diri yang meliputi penggunaan antiseptik, frekuensi mengganti pembalut, frekuensi mengganti celana dalam, penggunaan air untuk organ kewanitaan, penggunaan toilet umum, riwayat keputihan, riwayat bertukar handuk dan riwayat bertukar celana dalam pada Wanita Usia Subur di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya. Studi ini merupakan studi kasus kontrol dengan sampel kasus yaitu wanita usia subur berusia 15–49 tahun yang terdiagnosis ca serviks dan sampel kontrol yaitu wanita usia subur berusia 15–49 tahun dan tidak terdiagnosis ca serviks. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa riwayat bertukar pakaian dalam memiliki perbandingan besar risiko ca serviks terbesar RD = 95% CI Dianjurkan kepada wanita untuk menjaga kebersihan diri. Kata kunci kebersihan diri, Kanker Serviks, risiko Kanker ServiksPENDAHULUANKanker merupakan salah satu penyebab kematian utama pada manusia di seluruh dunia. Data American Cancer Society 2008 menunjukkan bahwa sebesar kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2008 dan hampir setengah dari kasus tersebut berujung pada kematian. Setiap tahunnya, sebanyak kasus baru ca serviks ditemukan dengan jumlah kematian lebih dari Rasjidi, 2009. Di Indonesia sendiri, ca serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi pada wanita yaitu sebesar 0,80/00 kemenkes RI, 2015. Menurut Diananda 2007, banyak faktor yang meningkatkan kejadian ca serviks yaitu faktor sosiodemografi s meliputi usia, status sosial dan ekonomi, serta faktor aktivitas seksual meliputi usia pertama kali pada saat melakukan hubungan seks, riwayat berganti pasangan seks, paritas, kebersihan genital yang kurang, merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada serviks, serta penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lebih dari 4 tahun. 83Nessia Rachma D dan Isfandiari, Perbandingan Risiko Ca Serviks Ber…Sekitar kasus ca serviks terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Penyebab ca serviks utamanya adalah infeksi kronik oleh HPV Human Papiloma Virus namun faktor resiko ca serviks yang memicu sangatlah beragam salah satunya kebersihan diri yang buruk. Kebersihan diri yang buruk merupakan salah satu faktor risiko ca serviks, wanita yang memiliki kebersihan diri yang buruk memiliki risiko ca serviks 19,386 kali lebih besar daripada wanita yang memiliki kebersihan diri yang estimasi, Provinsi Jawa Timur memiliki penderita kanker kedua terbanyak di Indonesia setelah Provinsi Jawa Tengah yaitu sekitar kasus Menkes RI, 2013. Provinsi Jawa Timur memiliki estimasi jumlah penderita ca serviks terbanyak nomor satu di Indonesia yaitu sekitar kasus Menkes RI, 2013. Menurut Kartikawati 2013, personal hygiene yang tidak baik serta penggunaan pembalut yang tidak berkualitas serta mengandung bahan pemutih dioksin dapat menguap apabila berekasi dengan darah menstruasi, hal ini berakibat pada penghambatan sirkulasi udara pada daerah kewanitaan. Penggunaan pantyliner sehari-hari juga dapat memperngaruhi kelembaban serta merangsang tumbuhnya bakteri pathogen yang dapat memicu ca serviks. Menurut Bustan 2007, perempuan dengan personal hygiene yang buruk memiliki risiko ca serviks lebih besar untuk terkena ca serviks daripada perempuan dengan personal hygiene yang Serviks ini merupakan tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan leher rahim yang disebut sel epitelskuamosa. Sel epitel skuamosa ini terletak antara rahim dan liang senggama. Tumor ganas yang terjadi disebabkan karena adanya penggandaan sel akibat berubahnya sifat sel menjadi sel yang tidak normal. Sifat dari sel ganas ini yaitu dapat menyebar atau metastasis ke bagian tubuh yang lain melalui pembuluh darah maupun getah bening sehingga merusak fungsi jaringan Yatim, 2005. Penyebab utama ca serviks ini adalah infeksi dari virus bernama Human papilloma Virus HPV. HPV yang sudah dapat teridentifikasi sampai saat ini yaitu sebanyak 138 jenis dan 40 di antaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Virus HPV yang dapat menyebabkan ca serviks yaitu virus HPV risiko sedang maupun tinggi. HPV risiko tinggi yang dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel serviks adalah tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69. Tipe virus HPV tersebut dapat menular lewat hubungan seksual. Beberapa penelitian menyatakan bahwa sebesar 90% ca serviks disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini, HPV tipe 16 telah menyebabkan lebih dari 50% ca serviks. Seseorang yang sudah terinfeksi virus HPV 16 maka memiliki kemungkinan terkena ca serviks sebesar 5% Rasjidi, 2009.Faktor yang mempengaruhi ca seviks adalah usia pertama kali menikah, aktivitas seksual yang tinggi dan riwayat berganti pasangan, penggunaan antiseptik, rokok, paritas, penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama, dan personal hygiene yang buruk Diananda, 2007.Usia menikah ≤ 20 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ca serviks karena sel mukosa belum benar-benar matang untuk melakukan hubungan seksual sehingga sangat rentan terhadap rangsangan dari luar. Busmar 1993, mengemukakan bahwa hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko untuk terkena ca serviks, selain karena masih berkembangnya sel-sel serviks kemudian dipacu rangsangan dari sel mani yang berasal dari hubungan seksual. Sel mukosa baru benar-benar matang umumnya setelah wanita berusia di atas 20 tahun. Apabila sel-sel mukosa dalam rahim dipaksa untuk menerima rangsangan dari luar, hal ini berisiko untuk membentuk lesi pra kanker yang bisa menjadi kanker ditambah dengan zat-zat kimia yang terbawa oleh sperma. Sel mukosa serviks yang tidak siap menerima rangsangan dari luar bisa berubah sifat menjadi kanker. Selain itu, sel mukosa yang belum matang dapat tumbuh lebih banyak daripada sel yang mati apabila terlalu banyak menerima rangsangan dari luar. Pertumbuhan sel yang tidak seimbang dan abnormal ini akan berubah pula menjadi sel dengan aktivitas seksual dan sering berganti-ganti pasangan akan 84 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016 82–91memiliki risiko untuk mengalami ca serviks karena dengan semakin tinggi aktivitas seksual dan riwayat berganti-ganti pasangan akan memperbesar kemungkinan penularan penyakit kelamin serta memperbesar kemungkinan HPV masuk ke dalam rahim. Virus ini yang nantinya akan membuat sel mukosa menjadi abnormal sebagai pemicu lain selain faktor riwayat seksual adalah merokok. Wanita yang merokok memiliki risiko 4–13 kali lebih besar untuk mengalami ca serviks daripada wanita yang tidak merokok. Hal ini dikarenakan nikotin dalam rokok mempermudah semua selaput lendir termasuk sel mukosa dalam rahim untuk menjadi terangsang. Rangsangan yang berlebihan ini akan memicu kanker. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah nikotin yang mampu menyebabkan ca yang sering melahirkan berisiko untuk terkena ca serviks, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Semakin sering seorang wanita melahirkan, maka semakin besar risiko untuk terkena ca serviks karena semakin banyak lesi yang terdapat pada organ reproduksi dan memudahkan HPV masuk ke dalam kontrasepsi oral selama lebih dari empat tahun akan meningkatkan risiko ca serviks sebesar 1,5–2,5 kali. Namun, efek dari penggunaan kontrasepsi oral terhadap ca serviks masih kontroversial karena ada beberapa penelitian yang gagal menemukan peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau mantan pengguna kontrasepsi oral. Penelitian Wahyuningsih 2014, menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil KB selama ≥4 tahun memiliki risiko 42 kali untuk mengalami kejadian lesi prakanker serviks dibandingkan wanita yang menggunakan pil KB 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut sebagai faktor risiko terjadinya efek. Sementara itu, jika nilai OR 4 berisiko 2,36 kali lebih besar untuk menderita kanker serviksSyatriani, 2011. ...DESLIFIANI LISMANIAR Wulan SariSri Wardani WardaniAldiga Rienarti AbidinKanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang menyerang lapisan permukaan dari serviks. Kejadian kanker serviks di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau penyakit tiga besar pada tahun 2019 setelah kanker payudara dan kanker ovarium. Jumlah kasus baru dan kematian kanker serviks di RSUD Arifin Achmad dari tahun 2016 hingga tahun 2019 terus meningkat, sehingga didapatkan CFR kanker serviks pada tahun 2018 sebesar 17,30% dan tahun 2019 sebesar 17,37%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2020. Jenis penelitian ini analitik kuantitatif dengan desain case control. Lokasi penelitian di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Populasi kasus penelitian ini adalah seluruh penderita kanker serviks di RSUD Arifin Achmad berjumlah 670 orang dan populasi kontrol adalah wanita yang merupakan kerabat dari populasi kasus dan tidak terdiagnosa kanker serviks. Sampel kasus sebanyak 47 orang dan sampel kontrol sebanyak 94 orang. Teknik sampling menggunakan accidental sampling. Alat ukur dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Analisis data dengan univariat dan bivariat chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara usia OR 16,275 95% CI 5,865-45,164, tingkat pendidikan OR 12,190 95% CI 4,894-30,365, paritas OR 11,541 95% CI 4,953-26,889, usia pertama kali berhubungan seksual OR 7,893 95% CI 3,591-17,348, berganti pasangan seksual OR 4,811 95% CI 1,539-15,041 dengan kejadian kanker serviks di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pendidikan, membatasi jumlah kelahiran, menghindari hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan tidak berganti pasangan seksual guna mencegah kejadian kanker serviks. Cervical cancer is a type of malignant tumor that attacks the surface layer of the cervix. The incidence of cervical cancer at Arifin Achmad Hospital, Riau Province, was the top three disease in 2019 after breast cancer and ovarian cancer. The number of new cases and deaths of cervical cancer at Arifin Achmad Hospital from 2016 to 2019 continued to increase, so that the CFR of cervical cancer in 2018 was and in 2019 was This research goal to determine the risk factors related with the cervical cancer cases in Arifin Achmad Hospital, Riau Province in 2020. This research type is quantitative analytic with a case control design. The research location at Arifin Achmad Hospital, Riau Province. The case population of this research were 670 cervical cancer patients at the Arifin Achmad Regional Hospital and the control population was women who were relatives of the case population and were not diagnosed with cervical cancer. The case sample was 47 people and the control sample was 94 people. The sampling technique used accidental sampling. The measuring tool in data collecting is a questionnaire. Data analysis was using univariate and bivariate chi-square. The results showed that there were a significant relationships between age OR 16,275 95% CI 5,865-45,164, education level OR 12,190 95% CI 4,894-30,365, parity OR 11,541 95% CI 4,953-26,889, age at first sexual intercourse. OR 7,893 95% CI 3,591-17,348, changing sexual partners OR 4,811 95% CI 1,539-15,041 with the incidence of cervical cancer in Arifin Achmad Hospital, Riau Province. It be hoped that the society can improve education, limiting the number of births, avoid sex before 20 years old, and do not change sexual partners to prevent cervical Nur HidayahViantika KusumasariSuryatiBackground Cervical cancer is a malignant tumor due to the growth of abnormal cells in the female reproductive system. The prevalence of cervical cancer is highest in DIY 4,86 per 1000 population. One of cause cervical cancer is infection of HPV virus that can be caused by age of marriage. Objetive The purose of this study was to determine the relationship of the marriage age with the incidence of cervical cancer. Method The method used in the research is case control study. Sampling technique is purposive sampling. This study used 76 samples, consisting of 38 case groups and 38 control groups. The data were analyzed by chi-squere test. Result Most respondent at the case group first married at age 4 OR = 2,360, status sosial ekonomi OR = 4,087, dan pasangan pria yang tidak disirkumsisi OR = 2,092 merupakan faktor risiko kejadian kanker kunci Kanker serviks, pembalut, sabun, status sirkumsisiAbstractCervical cancer is the most malignant tumor in women in the world particularly in developing countries including Indonesia. In 2007, the number of cervical cancer patients in Dr. Wahidin Sudirohusodo Government General Hospital were 231 cases, declined to 220 in 2008 and further declined to 167 cases in 2009. The aim of this study is to discover the risk of cervicalcancer associated with the use of pads, the use of soap, economic status, and male partners who are not circumcised. The design of this study is a case control. Samples are randomly taken from 213 gynecological patients. Data was collected by interview through the use of a questionnaire. Results of research with analysis of OR showed that the use of low-quality pads OR = 2,320, the use of soap pH > 4 OR = 2,360, socioeconomic status OR = 4,087, and male partners who are not circumcised OR = 2,092 are the risk factors for cervical cancer. Key words Cervical cancer, pad, soap, circumcised statusAir Kotor Bisa Menjadi MediaAnonimAnonim. 2014. Air Kotor Bisa Menjadi Media Penularan Kanker Serviks. Tersedia di air-kotor-bisa-menjadi-media-penularankanker-serviks/ [sitasi 9 juni 2016]Kumpulan naskah lengkap simposium kanker pembunuh nomor satuB BusmarBusmar, B. 1993. Kanker leher rahim. Kumpulan naskah lengkap simposium kanker pembunuh nomor satu. Jakarta Bustan, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta Rineka Cipta Dewi, Sawitri, Adiputra, N. 2013. Paparan Asap Rokok dan Higieni Diri Merupakan Faktor Risiko Lesi Prakanker Leher Rahim di Kota Denpasar Tahun 2012. Public Health and Preventive Medicine Archive. 11.R DianandaDiananda, R. 2007. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta Personal Hygiene Organ Genital dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUP DrT IndrawatiH FitriyaniIndrawati, T., Fitriyani, H. 2012. Hubungan Personal Hygiene Organ Genital dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUP Dr. Kariyadi Kota Semarang. Dinamika Kebidanan. 21.Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Siswi MA Al-Hikmah Aeng Deke BlutoR IndriyaniY IndriyawatiIgd PratiwiIndriyani, R., Indriyawati, Y., Pratiwi, IGD. 2012. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Siswi MA Al-Hikmah Aeng Deke kesehatan Wiraraja Medika. http// article/download/44/25. [sitasi 2 juni 2016].Analisis Perilaku Konsumen Perempuan Terhadap Kesehatan Reproduksi dan Perilaku Penggunaan PembalutIreneIrene, et al 2007. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Reproduksi pada Istri Sopir Truk Tangki Dua Perusahaan di Propinsi Sumatera Barat. Jakarta Medika Julina. 2012. Analisis Perilaku Konsumen Perempuan Terhadap Kesehatan Reproduksi dan Perilaku Penggunaan Pembalut. a c. i d / i n d e x. p h p / m a r w a h / a r t i c l e / download/498/478 [sitasi 9 juni 2016]
faktor risiko kanker serviks pdf