Dalamperkembangan zaman pada era globalisasi ini, pemuda dituntut untuk memainkan peran dalam mengisi kemerdekaan baik sebagai kontrol sosial,agen perubahan, kekuatan moral, pendukung aspirasi dalam segala aspek. Selain itu, generasi milenial sekarang dituntuk untuk bertanggung jawab dalam menjaga Pancasila dan NKRI. IPSSekolah Menengah Pertama terjawab Peristiwa politik yang menjadi kekuatan penggerak globalisasi yaitu beralih profesi B. Adanya barang-barang impor C. Runtuhnya uni soviet D. Munculnya perusahaan besar Iklan Jawaban 4.0 /5 22 sonianitbani c.runtuhnya uni soviet Iklan Ada pertanyaan lain? Cari jawaban lainnya Pertanyaan baru di IPS Globalisasijuga membuat semakin kuat ikatan ekonomi, politik, teknologi dan budaya yang mampu menghubungkan individu, komunitas, perusahan dan pemerintah di seluruh dunia. Dalam konsep awal orang beranggapan bahwa globalisasi merupakan suatu gejala ekonomi. Harihari ini peristiwa globalisasi tengah berlangsung secara masif di setiap negara di muka bumi ini. Setidaknya ada 3 (tiga) kekuatan utama globalisasi, yaitu: (i) political force, (ii) economic force, dan (iii) information technology.Pertama, political force, adalah kekuatan politik yang berlangsung dengan mengusung jargon demokratisasi. Tujuan utama dari proses demokratisasi itu sendiri Globalisasi2.0 berlangsung dari sekitar tahun 1800 hingga 2000 diselingi oleh masa depresi besar serta Perang Dunia I dan II. Masa ini menyusutkan dunia dari ukuran sedang ke ukuran kecil. Dalam era ini, pelaku utama perubahan atau kekuatan yang mendorong proses penyatuan global adalah perusahaan multinasional. tqDqzg. Pendorong Terjadinya Globalisasi Yaitu Adanya Pengembangan – Globalisasi adalah menyatunya negara-negara di dunia menjadi satu negara multidimensi yang sangat besar. Globalisasi mempengaruhi proses produksi global, pembagian kerja internasional, kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Untuk itu, mahasiswa harus mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya globalisasi. Globalisasi mengacu pada fakta bahwa lebih banyak orang hidup di dunia yang dikenal sebagai desa global. Oleh karena itu, individu, kelompok, dan bangsa di dunia menjadi semakin saling bergantung dalam segala aspek kehidupan, sebagaimana disebutkan dalam buku ini. Pendorong Terjadinya Globalisasi Yaitu Adanya PengembanganBerita Dampak Globalisasi Hari IniGlobalisasi Menjadi Penyebab Terorisme Semakin Menyebar?Apa Saja Dampak Positif & Negatif Globalisasi Di Bidang Ekonomi Dan Sosial BudayaJawaban Soal UasBuku Ajar Manajamen PendidikanGlobalisasi Pengertian, Penyebab, Dan DampaknyaGlobalisasi Mengancam Identitas Nasional? Simak Cara Menghadapinya! Halaman 1Sosiologi Kelas 12 Proses Terjadinya GlobalisasiFadhel Noor AdhityaBelajar Pintar Materi Smp, Sma, SmkFaktor Penyebab Terjadinya Globalisasi Kekuatan pendorong di belakang globalisasi adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan transformasi serta faktor lainnya. Kemajuan teknologi membuat batas negara kurang bermakna, baik secara ekonomi maupun budaya. Berita Dampak Globalisasi Hari Ini Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempercepat proses globalisasi di seluruh dunia. Negara-negara dengan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dapat menggunakannya di kantor, pusat bisnis, dan situasi perumahan. Oleh karena itu, anak usia sekolah sampai dengan usia kerja dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi untuk mengakses informasi dan data sesuai dengan kebutuhannya tanpa dibatasi oleh jarak geografis. Globalisasi juga terjadi karena integrasi ekonomi dunia. Perekonomian global tidak lagi bertumpu pada pertanian atau industri semata, tetapi didominasi oleh kegiatan ekonomi yang tidak berbobot dan tidak material. Produk ekonomi ini berupa informasi, perangkat lunak, produk media hiburan, dan layanan berbasis internet. Perekonomian di era globalisasi disebut juga dengan knowledge based economy atau ekonomi berbasis pengetahuan. Contoh produknya adalah transfer data dan informasi secara real time dan/atau online dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Anthony Giddens, perubahan politik dunia merupakan kekuatan pendorong di balik globalisasi. Salah satunya adalah jatuhnya kekaisaran Uni Soviet, munculnya mekanisme pemerintahan internasional dan organisasi regional seperti PBB dan Uni Eropa, serta munculnya organisasi non-pemerintah internasional dan antar pemerintah. Globalisasi Menjadi Penyebab Terorisme Semakin Menyebar? Akibat jatuhnya Uni Soviet, banyak negara beralih dari ekonomi terpusat ke sistem ekonomi dan politik ala Barat, seperti Ukraina, Hungaria, Polandia, Republik Ceko, negara-negara Baltik, dan negara-negara di Asia Tengah. Sedangkan organisasi internasional mendukung pembahasan dan penyelesaian isu-isu internasional, seperti WWF, Doctors Over Borders, Palang Merah dan Amnesti Internasional dalam upaya perlindungan lingkungan dan kemanusiaan. Perusahaan nasional adalah perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dari lebih dari satu negara. Perusahaan transnasional berada di jantung ekonomi global saat mereka menerapkan teknologi baru di berbagai belahan dunia dan saat mereka membuat kemajuan signifikan di pasar keuangan internasional. Korporasi transnasional diciptakan oleh tiga pasar regional yang berpengaruh, yaitu Pasar Tunggal Eropa, Asia-Pasifik, dan Amerika Utara. Oleh karena itu, salah satu faktor pendorong globalisasi adalah perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan transformasi. Namun pemanfaatan teknologi harus tepat guna dan tidak berlebihan, guys!, Jakarta Perkembangan teknologi merupakan motor penggerak globalisasi. Globalisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal. Faktor internal menimbulkan motivasi dari dalam negeri itu sendiri, sedangkan faktor eksternal timbul dari pengaruh negara lain atau perkembangan di dunia luar. Globalisasi merupakan kata serapan dari Globalisasi. Dalam bahasa, global berarti seluruh dunia, dan -isasi berarti merujuk pada suatu proses. Dengan demikian globalisasi bahasa juga dapat diartikan sebagai proses global. Apa Saja Dampak Positif & Negatif Globalisasi Di Bidang Ekonomi Dan Sosial Budaya Kekuatan pendorong di balik globalisasi adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor pendorong globalisasi dipengaruhi oleh berbagai perkembangan yang terjadi di suatu negara atau di dunia internasional. Ini dapat memengaruhi semua orang di suatu area, bahkan di seluruh dunia. Berikut rangkuman dari berbagai sumber, Kamis 20/4/2023 tentang penggerak globalisasi yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu kekuatan di balik globalisasi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menciptakan berbagai inovasi yang dapat memudahkan kehidupan sehari-hari setiap orang. Kekuatan pendorong di balik globalisasi adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Globalisasi telah menghasilkan berbagai teknologi canggih seperti alat komunikasi dan transportasi modern karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor pendorong globalisasi yang dapat memudahkan kehidupan sehari-hari di seluruh belahan dunia. Jawaban Soal Uas Kekuatan pendorong di balik globalisasi adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi ini semakin mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi dan berkomunikasi. Jadi kekuatan pendorong di balik globalisasi adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi. Pendorong globalisasi adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu banyak faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut. Salah satu faktor pendorong globalisasi eksternal adalah perdagangan bebas. Salah satu penggerak globalisasi adalah perdagangan bebas. Hal ini dikarenakan sebagian besar negara di dunia saat ini menerapkan sistem ekonomi terbuka. Sehingga mereka dapat bekerja sama satu sama lain. Hal ini membutuhkan komunikasi yang lebih intensif antar negara di seluruh dunia. Masih dalam ilmu pengetahuan, faktor penyebab globalisasi secara internal adalah perkembangan cara berpikir dan pendidikan masyarakat. Ini membuat orang lebih kritis terhadap informasi dan berbagai perkembangan di seluruh dunia. Masyarakat semakin penasaran dengan perkembangan informasi, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengetahui berbagai urusan dunia. Hal ini tentunya masih terkait dengan penggerak globalisasi yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buku Ajar Manajamen Pendidikan Faktor yang kurang penting yang menyebabkan terjadinya globalisasi adalah kerjasama atau hubungan antar negara. Misalnya Indonesia yang menjalin kerjasama dengan negara lain, baik itu hubungan bilateral, multilateral maupun internasional. Tentunya globalisasi dengan segala perkembangannya memudahkan suatu negara untuk bekerjasama dengan negara lain. Faktor penyebab globalisasi biasanya di negara berkembang. Negara berkembang sangat membutuhkan barang dan jasa dari negara maju untuk membangun negaranya. Demikian pula, negara maju perlu menjalin hubungan komunikasi dengan negara lain untuk mengekspor produk atau barangnya. Faktor pendorong globalisasi selanjutnya adalah kemudahan migrasi. Banyak orang sekarang bermigrasi dari satu negara ke negara lain untuk berbagai keperluan seperti belajar, bekerja, bepergian dan sebagainya. Karena kemudahan migrasi ini, masyarakat di satu daerah sudah terbiasa dengan kehadiran pendatang dari daerah lain. Contoh terdekat adalah Bali yang belum pernah dikunjungi wisatawan mancanegara sebagai tujuan wisata. Globalisasi Pengertian, Penyebab, Dan Dampaknya Peran lembaga internasional seperti PBB, IMF, WHO, ASEAN, WTO dan lembaga internasional lainnya memberikan peluang bagi semua negara untuk duduk bersama membahas isu-isu negara dan perkembangan internasional. Hal ini juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya globalisasi yang penting sekaligus menjadi penggerak globalisasi yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor berikutnya yang menyebabkan globalisasi adalah perkembangan hak asasi manusia di berbagai belahan dunia. Perkembangan hak asasi manusia HAM memerlukan perhatian masyarakat internasional untuk mempengaruhi upaya perlindungan dan penegakan hak asasi manusia. Hal ini juga terlihat dari permasalahan HAM yang cukup sering terjadi di Indonesia. Faktor penyebab globalisasi berikutnya adalah kebebasan pers atau media. Kebebasan pers dan media memegang peranan penting di era globalisasi. Hal ini karena pers atau media merupakan penghubung antara suatu negara dengan penduduknya atau antara negara dengan negara lain. Kekuatan pendorong di balik globalisasi adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Globalisasi juga dapat menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Berikut adalah beberapa dampak globalisasi terhadap kehidupan masyarakat Globalisasi Mengancam Identitas Nasional? Simak Cara Menghadapinya! Halaman 1 Dampak globalisasi benar-benar dapat dirasakan dari berbagai daerah. Globalisasi juga memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai bidang kehidupan lainnya, baik itu politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. * Fakta atau tipuan? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang disebar, silahkan whatsapp cek fakta nomor 0811 9787 670 dengan memasukkan kata kunci yang diinginkan. Timor Leste Pertama Kali Ikut KTT ASEAN, Jokowi Perdana Menteri Taur Matan Ruak, Selamat Bergabung dalam Keluarga ASEAN Penyebab perubahan sosial muncul dari ketidakcocokan antar elemen sosial dalam masyarakat yang berbeda satu sama lain. Karena adanya perubahan sosial, masyarakat akan menciptakan pola hidup baru yang berbeda dengan pola hidup sebelumnya. Dalam dunia sosial, perubahan sosial tidak dapat dihindari dan akan terus terjadi sepanjang waktu. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial, mereka memiliki akal dan selalu merasa tidak puas dengan kondisi yang ada sehingga melakukan perubahan. Sosiologi Kelas 12 Proses Terjadinya Globalisasi Dari sudut pandang kajian sosiologi dapat dipahami bahwa individu selalu ingin mengubah sifat perubahan sosial agar kondisi menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, ruang lingkup perubahan sosial sangat luas, sehingga perlu dicermati untuk melihat fenomena ini. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kondisi kehidupan masyarakat setelah perubahan sosial dan sebelumnya. Mengacu pada pemaparan dalam modul “Pembelajaran Sokologi” yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Yogyakarta UNY, terdapat beberapa definisi perubahan sosial yang telah dikemukakan oleh para sosiolog. Misalnya, sosiolog Indonesia Selo Seomarjan mencetuskan pengertian perubahan sosial sebagai perubahan pranata sosial dalam suatu masyarakat yang dapat mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai, sikap, dan pola perilaku antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Fadhel Noor Adhitya Sedangkan menurut Kingsley Davis, salah satu sosiolog Amerika terkemuka abad ke-20, konsep perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat. Ia mencontohkan, perubahan hubungan antara pekerja dan pengusaha telah mendorong perubahan hubungan antara pekerja dan pengusaha karena munculnya organisasi pekerja dalam masyarakat kapitalis dan pada gilirannya terjadi perubahan organisasi ekonomi dan politik. Cakupan perubahan sosial bisa sangat luas. Oleh karena itu, jika ingin melihat perubahan sosial dalam suatu masyarakat, maka harus diamati dengan seksama. Hasil observasi dibandingkan dengan kondisi sosial sebelumnya untuk mendapatkan gambaran tentang perubahan sosial yang terjadi. Tetapi perubahan sosial memiliki ciri khasnya sendiri. Setidaknya ada 4 karakteristik yang diketahui dari perubahan sosial yang paling umum. , semua masyarakat merasakan perubahan sosial di lingkungannya, baik lambat maupun cepat. Perubahan ini terus menerus dan tidak dapat dihentikan. Belajar Pintar Materi Smp, Sma, Smk , disorganisasi dapat terjadi jika perubahan sosial terjadi dengan sangat cepat dalam suatu kelompok sosial. Namun sifat ini hanya bersifat sementara. Contoh perubahan sosial budaya masyarakat Setiap orang dan kelompok sosial pasti akan mengalami perubahan dalam kehidupan sehari-harinya. Termasuk kelompok masyarakat yang statis, dimana perubahan lingkungannya terjadi lebih lambat dibandingkan dengan masyarakat yang dinamis. Perubahan ini dapat terjadi pada semua aspek, mulai dari aspek yang sempit seperti perilaku dan pemikiran individu. Bahkan dalam aspek yang lebih luas seperti struktur yang mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial. Mengubah Faktor Penyebab Terjadinya Globalisasi Proses terjadinya globalisasi, faktor pendorong terjadinya urbanisasi, penyebab terjadinya wasir yaitu, faktor pendorong proses globalisasi, salah satu pendorong adanya perdagangan internasional adalah, faktor pendorong terjadinya perdagangan internasional, faktor faktor terjadinya globalisasi, kista adalah penyakit yang menyerang perempuan yaitu adanya, faktor pendorong terjadinya globalisasi, faktor pendorong terjadinya interaksi sosial, keuntungan adanya perusahaan asing di indonesia yaitu, faktor pendorong globalisasi Secara Umum, globalisasi dipahami oleh George Ritzer sebagai suatu proses penyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia, ekspansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari kehidupan sosial pada skala global, dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersama. Sementara menurut Anthony Giddens, globalisasi merupakan intensifikasi relasi sedunia yang menghubungkan lokalitas yang saling berjauhan sedemikian rupa sehingga sejumlah peristiwa sosial dibentuk oleh peristiwa yang terjadi pada jarak bermil-mil dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa globalisasi merupakan terintegrasinya segala aspek kehidupan manusia, mulai dari ekonomi, informasi, sistem politik sampai aspek budaya. PENDEK KATA, globalisasi telah membuat bumi yang kita diami ini seakan-akan seperti desa global yang saling terkoneksi dengan cepatnya antara satu dengan yang lainnya. Menggunakan kecanggihan teknologi, globalisasi membanjiri segenap penjuru dunia dengan arus informasi yang dengan mudahnya dapat diakses oleh setiap orang. Secara ekonomi, politik dan budaya, dunia seakan-akan tanpa sekat teritorial negara karena semuanya seakan menjadi satu dalam sebuah dunia. Globalisasi secara masif diberlakukan di seluruh dunia sejak tahun 1980 seiring dengan kian dominannya Blok Barat yang dikomandoi oleh Amerika Serikat dalam percaturan dunia setelah kolapsnya Uni Sovyet dengan Blok Timurnya. Sebagai sebuah sistem, globalisasi tentu memunculkan dampaknya terhadap masyarakat dunia. Pada satu sisi, globalisasi berdampak positif bagi upaya memperoleh standar hidup yang layak. Hal ini karena globalisasi menyediakan arena berkompetisi yang sama bagi setiap negara untuk memanfaatkan peluang yang disediakan. Fenomena kesuksesan Tiongkok dan India yang memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan globalisasi sehingga perekonomiannya mengalami peningkatan, bahkan kemudian menjadi dua kekuatan baru ekonomi dunia layak dikemukakan sebagai contoh. Akan tetapi sebaliknya, globalisasi ternyata juga memunculkan ekses negatif di seluruh dunia. Menurut Petras and Veltmeyer, globalisasi hanya dinikmati oleh negara-Negara Maju, sementara negara-negara Dunia Ketiga hanya berperan sebagai penonton, bahkan menjadi korban dari beragam ekses negatif yang ditimbulkannya. Menurut Shiva, globalisasi juga memarginalisasi petani yang ada di negara-negara Dunia Ketiga karena berbagai aturan perdagangan global membuat mereka semakin terpinggirkan, bahkan tercerabut dari sistem, profesi dan cara hidup yang selama ini dilakoninya. Globalisasi juga diklaim Tauli-Corpuz justru mengikis sistem ekonomi dan kebudayaan lokal yang ada di negara-negara Dunia Ketiga karena proyek-proyek yang dibiayai oleh badan kapital IMF lebih banyak dilaksanakan di daerah-daerah tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu dengan penduduk lokal. Hirst and Thomspon juga mengatakan bahwa globalisasi yang diklaim sebagai sarana menuju kesejahteraan masyarakat dunia ini tidak lebih hanya sebuah mitos. Karenanya, Hirst and Thomspon mengajukan lima argumen untuk mendasari kesimpulannya tersebut. Pertama, keterbukaan ekonomi internasional yang dijadikan jurus jitu para pendukung globalisasi untuk menarik simpati dunia sesungguhnya tidak lebih terbuka dibandingkan tahun 1870 sampai 1914. Kedua, eksistensi perusahaan transnasional murni sebagai salah satu agen globalisasi sulit ditemukan karena meskipun berbasis nasional, tetapi pemasarannya menjangkau lintas negara dan internasional untuk memperkuat aset nasional, produksi dan penjualannya. Ketiga, mobilitas modal yang diklaim para pendukung globalisasi akan mengalir deras ke Dunia Ketiga tidak sepenuhnya menjadi kenyataan karena lebih terkonsentrasi di negara-Negara Maju, sementara Dunia Ketiga tetap berada pada posisi terpinggirkan. Keempat, tujuan akan terciptanya ekonomi sebagaimana yang diklaim para pendukung globalisasi sesungguhnya tidak benar-benar terjadi karena arus perdagangan, investasi dan keuangan global lebih banyak berkonsentrasi di Tri Tunggal Eropa Inggris, Perancis dan Jerman, Jepang dan Amerika Utara, termasuk juga Tiongkok dan India. Terakhir, oleh karena tidak merata di seluruh dunia, maka Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Amerika Serikat dan Kanada mengendalikan setiap aspek ekonomi dunia sejalan dengan tujuannya. Sejalan dengan Hirst and Thomspon, Tandon mengajukan fakta terkait tidak globalnya perekonomian dunia karena hanya dikuasai dan didominasi oleh tiga kekuatan dunia. Ketiga kekuatan utama dunia yang dinamai sebagai Triad tersebut adalah Amerika Utara, Eropa Barat dan Asia Timur menguasai sumberdaya yang dimiliki kawasan yang dihegemoninya hinterland. Menurut Samir Amin, globalisasi adalah metamorphosis dari penjajahan ketiga yang dilakukan Barat terhadap Dunia Ketiga, setelah sebelumnya mempraktikkan merkantilisme dan imperialisme. Seiring dengan runtuhnya Uni Sovyet, maka pola imperialisme dalam format globalisasi yang dilakukan untuk memperkuat Trio Pusat Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang mendapatkan dukungan dari beberapa kekuatan, yaitu wewenang untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain yang diperkuat oleh demokrasi, hak rakyat dan kemanusiaan. Hal ini semakin diperkuat dengan strategi unjuk kekuatan militer Barat di berbagai negara yang berafiliasi dengannya untuk memastikan hegemoninya tetap kuat. Chakrabarty mengatakan bahwa globalisasi tidak lain merupakan manifestasi dari ambisi Eropa membangun kembali hegemoninya menggunakan serangkaian praktik imperialisme sejarah di negara-negara Dunia Ketiga. Demikian sederet dampak dan pandangan positif dan negatif dari pemberlakukan globalisasi di seluruh dunia yang ditengarai oleh banyak kalangan. Di samping beberapa dampak di atas, globalisasi juga memunculkan perdebatan di kalangan ahli mengenai peran negara atau pemerintah dalam pembangunan. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa globalisasi telah membuat bumi ini seakan seperti sebuah desa yang tidak disekat oleh batas-batas teritorial negara. Terintegrasinya dunia secara politik, ekonomi, budaya dan informasi membuat orang-orang dengan mudahnya dapat saling berinteraksi dan memanfaatkan peluang tanpa terkendala dengan status negara di manapun dan kapanpun. Akibatnya, batas-batas fisik terirorial negara melebur sehingga dengan demikian pemerintah pun dianggap tidak memiliki banyak peranan dalam pembangunan. Isu peran yang dimainkan negara atau pemerintah menjadi salah satu tema sentral dalam perdebatan seputar globalisasi. Hal ini karena sebagai pihak yang diserahkan tanggungjawab pengelolaan negara, pemerintah sebagai manifestasi negara seharusnya berperan aktif dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi rakyatnya. Peran dimaksud mewujudkan diri dalam kebijakan-kebijakan publik yang dimaknai oleh Steven A. Peterson sebagai tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi beragam masalah. Begitu pula kebijakan publik yang dipahami oleh Leo Agustino sebagai sebuah tindakan yang dilakukan pihak oleh berwenang, memiliki maksud atau tujuan tertentu, tidak bersifat acak atau terencana, memiliki sasaran dan berorientasi pada tujuan, serta berlandaskan pada aturan yang berlaku. Globalisasi dengan segala dampaknya perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah agar ekses positifnya dapat dimanfaatkan dengan baik dan ekses negatifnya dapat dihindari oleh rakyat. Sebagai pihak yang secara konstitusional berperan penting dalam sebuah negara, pemerintah tidak selamanya menjadi pemain tunggal dalam pengelolaan negerinya. Catatan sejarah mengungkapkan dinamisnya peran yang dimainkan pemerintah dalam pembangunan negara. Ada saat ketika pemerintah sangat berperan, bahkan sangat absolut, dalam melakukan pembangunan dalam sebuah negara, akan tetapi ada pula masa dimana pemerintah tidak lebih sebagai pelengkap saja. Menurut Budi Winarno, peran negara dalam pembangunan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu peran negara era tahun 1950-1960-an dan peran negara era 1970-an sampai sekarang. Peran yang dimainkan negara di masa sebelum 1970-an sangat signifikan dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan suatu bangsa, tetapi setelah tahun 1970 sampai sekarang terjadi pemangkasan peran yang dimainkan negara. Perdebatan mengenai peran yang dijalan negara atau pemerintah dalam pembangunan ini menurut Anthony Giddens memunculkan dua kelompok besar yang masing-masing melahirkan teori, yaitu kelompok radikal di satu sisi dan kelompok skeptis di sisi yang lain. Secara umum, kelompok radikal diidentifikasikan sebagai kumpulan pemikir sosial yang mendukung globalisasi karena menganggapnya sebagai sebuah keniscayaan dalam kehidupan manusia, sementara skeptis dikenal sebagai kelompok intelektual yang meragukan kemungkinannya, bahkan menentang keberadaannya. Sebagai upaya mendukung pendapatnya, masing-masing kelompok ini mengajukan beragam asumsi dan data yang dimilikinya. Peran negara dalam pembangunan dimulai selama Perang Dunia Kedua dengan mengendalikan seluruh kekuatan nasional. Menurut Abidin, peran pemerintah semakin signifikan setelah berakhirnya perang yang telah merusak beragam infrastruktur untuk meyakinkan rakyat akan keperluan pembangunan dan mengajaknya berpartisipasi, proses nasionalisasi beragam lembaga ekonomi yang ditinggalkan penjajah, koordinasi dan komplemantaritas antar berbagai industri dan bisnis, dan melakukan pembangunan berencana yang terpusat. Teori Keynes menjadi landasan perlunya intervensi pemerintah dalam setiap aspek pembangunan yang diwujudkan dengan Program Marshall Plan sehingga mengantarkan Amerika dan Eropa berjaya dalam bidang ekonomi dan lain sebagainya. Langkah ini juga diikuti oleh beragam negara Dunia Ketiga, seperti Indonesia yang menerapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun Repelita, Malaysia yang menerapkan berbagai kebijakan untuk memacu industrialisasi berturut-turut mulai tahun 1970 sampai tahun 1995 dan India yang membentuk Komisi Perencanaan Nasional sebagai upaya mendorong Rencana Lima Tahunan. Menurut Kamal Mathur, terdapat tiga cara yang dilakukan negara di masa sebelum tahun 1970 dalam upaya membangun bangsa, yaitu melalui belanja pemerintah, melalui mobilisasi sumberdaya dan melalui partisipasi dalam produksi industrial yang dilaksanakan dalam tiga wilayah kebijakan investasi, perdagangan dan finansial. Wilayah pertama dilakukan negara dengan cara menerbitkan beragam kebijakan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif sebagai upaya menarik minat para investasi asing untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Hal yang sama juga dilakukan negara terkait dengan kebijakan-kebijakan pada aspek perdagangan dan finansial yang berintikan penciptaan iklim yang memungkinkan perekonomian dapat berkembang dengan baik. Terkait dengan hal ini, Michael Todaro mengungkapkan faktor-faktor yang mendasari diperlukannya peran negara dalam pembangunan, yaitu kegagalan pasar, mobilisasi sumberdaya dan dampak psikologis. Kegagalan pasar dalam menstabilisasikan komoditas dan harga berdampak pada mislokasi sumberdaya yang dapat berbahaya di masa mendatang. Mobilisasi sumberdaya diperlukan karena negara-negara berkembang umumnya menghadapi kendala kualitas sumberdaya manusia sehingga dengan adanya peran pemerintah membuat arah pembangunan menjadi lebih fokus. Dengan peran negara yang kuat dan dominan akan berdampak psikologis bagi masyarakat sehingga akan tercipta pembangunan yang dapat mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Peran negara yang dominan dalam pembangunan setelah Perang Dunia Kedua mulai mendapatkan kritikan yang dimulai pada tahun 1970 seiring dengan melambatnya perekonomian Amerika dan Eropa setelah berjaya selama hampir 25 tahun. Upaya mengurangi peran negara pertama kali dilakukan oleh Inggris di masa Perdana Menteri Margareth Thatcher dan di Amerika Serikat di bawah Presiden Ronald Reagan. Pengurangan peran negara dilakukan Thatcher terhadap empat wilayah publik, yaitu pelayanan kesehatan, pendidikan, santunan pengangguran dan pensiunan hari tua. Berbeda dengan di masa sebelum 1970 yang berparadigma state-led development, pemangkasan peran negara setelah kemenangan Kelompok Neoliberal di Eropa dan Amerika Serikat menggeser cara pandang kebijakan menjadi market-led development. Kritikan terhadap paradigma pembangunan yang selama ini diterapkan dan pemangkasan peran negara dalam pembangunan ini dilancarkan oleh kalangan yang berperspektif radikal. Hal ini karena globalisasi menurut kelompok ini dipahami sebagai sejarah baru yang terjadi dalam kehidupan manusia yang menempatkan negara tradisional menjadi tidak lagi relevan, terutama dalam konteks unit-unit bisnis yang ada dalam sebuah ekonomi global. Bagi kaum radikal, batas-batas negara bukan waktunya lagi untuk dijadikan topik bahasan karena globalisasi sudah meluluhlantakkannya. Di samping itu, dominannya peran negara dalam urusan-urusan perekonomian sebagaimana yang dipraktikkan sebelum tahun 1970 diklaim sebagai kekangan dan kungkungan yang menghambat efisiensi penggunaan sumberdaya-sumberdaya dunia yang langka. Kenichi Ohmae merupakan salah satu tokoh radikal yang mengusulkan pemangkasan peran negara agar tujuan-tujuan globalisasi dalam digapai dengan sukses. Terkait dengan ini, Ohmae mengajukan empat alasan yang memperkuat pandangannya mengenai marginalisasi peran negara yang disebutnya sebagai Faktor “i”. Investasi merupakan faktor “i” pertama, karena sebaran dana dapat menyebar ke tempat-tempat yang justru berada di luar wilayah asal dana tersebut. Faktor “i” kedua adalah industri, karena ekspansinya sudah tidak mengenal lagi batas-batas negara, tetapi berdasarkan pada pertimbangan pangsa pasar sehingga banyak perusahaan yang justru beroperasi jauh berada di luar wilayah asalnya. Teknologi informasi menjadi faktor “i” ketiga, karena pesatnya perkembangan kedua entitas ini sehingga mampu melintasi batas-batas negara, bahkan hanya dalam hitungan detik saja. Faktor “i” terakhir yang memperkuat pandangan Ohmae akan marginalisasi peran negara adalah konsumen-konsumen individual yang berorientasi global sudah dapat mengakses berbagai kebutuhan di seluruh dunia karena kemajuan teknologi informasi, tanpa terhambat oleh batas-batas negara. Diskursus peran negara dalam pembangunan di era globalisasi ternyata belum berakhir dengan bergesernya kebijakan menjadi market-led development yang didukung oleh beberapa kalangan. Menurut Holton dan Wolf, pemangkasan peran negara dalam globalisasi justru melupakan sejarah karena perkembangan pesat globalisasi yang dijadikan alasan kelompok pendukungnya tidak dapat disangkal merupakan peran negara. Negara-negara yang menjadi aktor utama globalisasi Amerika Utara, Eropa Barat dan Asia Timur saat ini bisa mendapatkan keuntungan yang besar melalui korporasi-korporasi dan lembaga-lembaga internasional merupakan implikasi dari peran negara melalui beragam kebijakan yang dihasilkannya. Di samping itu, Holton dan Wolf juga mengatakan bahwa korporasi-korporasi dan lembaga-lembaga internasional yang menjadi agen utama globalisasi tentu membutuhkan arena wilayah untuk memainkan peranannya yang tentunya secara politik diwakili oleh negara. Masih dalam konteks yang sama, Singh juga mengatakan bahwa peran negara justru semakin kuat dan sangat layak untuk dikemukakan di era globalisasi. Sebagai upaya menguatkan pendapatnya, Singh mengajukan beberapa alasan pembenar terkait semakin menguatnya peran negara di tengah masifnya kegiatan globalisasi di seluruh dunia. Alasan pertama, tidak semua negara berkurang atau melemah peranannya di era globalisasi, karena tingkatannya sangat berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, tergantung dengan ukuran, kekuatan militer, dan kekuatan negara. Sebagai kekuatan utama dunia dan aktor utama globalisasi, peran Amerika Serikat tentu tidak melemah dibandingkan dengan beberapa negara Dunia Ketiga yang ada di Asia dan Afrika karena tingkatan ukuran, kekuatan militer dan kekuatan negaranya sangat berbeda. Faktor penguat kedua adalah secara finansial ongkos yang harus dikeluarkan pemerintah untuk menjadi bagian dari globalisasi tidak begitu signifikan menggerogoti keuangan negara. Hal ini karena sebuah negara yang semakin terintegrasi dengan negara-negara lainnya, maka pengeluaran negara akan cenderung bertambah daripada berkurang. Faktor ketiga, privatisasi sektor publik yang menjadi prasyarat bagi globalisasi yang disyaratkan oleh salah satu aktornya IMF bukan berarti penolakan terhadap intervensi negara. Hal ini karena, meskipun privatisasi di satu sisi dapat menyebabkan penurunan kepemilikan publik, namun di lain sisi kebijakan ini akan berdampak pada peningkatan regulasi negara melalui pembentukan otoritas, kebijakan regulasi persaingan, norma keterbukaan, dan langkah-langkah kebijakan baru lainnya. Faktor terakhir, meskipun peran negara akan berkurang pada aspek ekonomi, namun di sektor-sektor lain peran negara akan meningkat secara signifikan, seperti meningkatnya sikap represif negara terhadap rakyatnya yang melakukan protes terhadap program pemerintah yang dianggap menguntungkan korporasi asing. Memperkuat pandangan-pandangan di atas, Budi Winarno mengajukan dua alasan yang mendasari sangat signifikannya peran negara di era globalisasi ini. Pertama, sebagai implikasi dari kolonialisme di masa lalu dan globalisasi di masa sekarang ini, banyak rakyat di Dunia Ketiga yang masih bergelimang dengan ketidakberdayaan dan kemiskinan. Kondisi ini tentu membutuhkan peran negara untuk melakukan pembangunan yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka agar bisa sejajar dengan negara-negara lainnya. Kedua, sistem globalisasi melalui mekanisme pasar tidak boleh dibiarkan terus mendominasi setiap aspek kehidupan rakyat karena cara ini tidak menjamin keadilan dalam distribusi pendapatan rakyat. Agar masing-masing rakyat mendapatkan haknya untuk hidup secara lebih baik maka diperlukan peran negara yang mengatasinya melalui pembangunan yang mendukung terpenuhinya aspirasi rakyat. Budi Winarno lebih lanjut juga mengungkapkan fakta beberapa negara yang pernah dihantam krisis dan mampu mengatasinya karena peran efektif pemerintahnya, seperti yang terjadi di Korea Selatan dan Malaysia. Melalui tindakan pemerintah dengan seperangkat birokrasinya yang efektif, Korea Selatan dan Malaysia berhasil mengatasi krisis moneter dan ekonomi yang melanda keduanya serta mampu bangkit dari keterpurukan. Sebaliknya, oleh karena ketiadaan peranan yang efektif dari negara sebagaimana yang ditunjukkan oleh Korea Selatan dan Malaysia, Indonesia tidak berhasil mengatasi krisis moneter serta ekonomi yang membelitnya dan dampaknya masih dapat dirasakan sampai sekarang. Berlandaskan pada pandangan kalangan skeptis dengan sederet argumentasi dan faktanya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran negara dalam pembangunan justru harus tetap ada atau harus diperkuat. Terkait dengan diskursus peran signifikan negara dalam mengatasi masalah-masalah publik ini, maka paradigma New Public Service NPM layak dikedepankan. Konsep yang diusung oleh Janet V. Dernhart dan Robert B. Dernhart ini merupakan kritikan terhadap Reinventing Government yang diajukan oleh David Osborne dan Ted Gaebler. Sebagai kritikan terhadap bentuk lain dari New Public Management NPM yang menjadi paradigma mainstream dalam diskursus peran Negara ini, NPS mengganggap bahwa menjalankan administrasi pemerintahan tidaklah sama dengan mengelola organisasi bisnis, hal ini karena harus digerakkan sebagaimana menggerakkan pemerintahan yang demokratis. Misi organisasi publik tidak sekedar memuaskan pengguna jasa customer, tetapi juga menyediakan pelayanan barang dan jasa sebagai pemenuhan hak dan kewajiban publik. Berbeda dengan Reinventing Governance yang diusung NPM, Paradigma NPS memperlakukan publik pengguna layanan publik sebagai warga negara citizen, bukan sebagai pelanggan customer. Peran negara yang dijalankan oleh para birokratnya tidak sekedar melakukan kegiatan yang dapat memuaskan pelanggan, tetapi juga memberikan hak warga negara dalam mendapatkan pelayanan publik. Perspektif yang diusung NPS ini diilhami oleh warisan intelektual yang dipersembahkan oleh orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pelayanan publik. Menurut Dernhart, kelahiran NPS terinspirasi oleh 4 empat komponen yang lebih kontemporer dari layanan publik, yaitu 1 teori warga negara demokratis, 2 model komunitas dan masyarakat sipil, 3 humanisme organisasional dan administrasi publik baru, dan 4 administrasi publik modern. Paradigma NPS memandang penting keterlibatan banyak aktor dalam penyelenggaraan urusan publik. Dalam administrasi publik apa yang dimaksud dengan kepentingan publik dan bagaimana kepentingan publik diwujudkan tidak hanya tergantung pada lembaga negara. Kepentingan publik harus dirumuskan dan diimplementasikan oleh semua aktor baik negara, bisnis, maupun masyarakat sipil. Berdasarkan paradigma NPS, peran negara yang dijalankan oleh para birokratnya dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana berikut ini Melayani Warga Negara, bukan Pelanggan Kepentingan publik adalah hasil suatu dialog tentang nilai-nilai bersama ketimbang kumpulan kepentingan-diri individual. Oleh karena itu, pelayan publik tidak hanya bertanggungjawab kepada tuntutan “para pelanggan”, tetapi lebih tepatnya berfokus pada pembangunan hubungan kepercayaan dan kolaborasi dengan dan di antara warga negara; Mengusahakan Kepentingan Publik Para administrator publik harus member sumbangan untuk membangun suatu gagasan kolektif kepentingan publik yang dianut bersama. Tujuannya ialah bukan untuk menemukan solusi-solusi cepat yang didorong oleh pilihan-pilihan individual. Lebih tepatnya, adalah menciptakan kepentingan-kepentingan bersama dan tanggungjawab bersama; Menghargai Warga Negara melebihi Kewirausahaan Kepentingan publik lebih baik dimajukan oleh pelayan publik dan warga negara yang bertekad memberikan sumbangan bermakna kepada masyarakat ketimbang oleh manajer usahawan yang bertindak seakan-akan uang publik itu adalah milik mereka sendiri; Berpikir Secara Strategis, Bertindak Secara Demokratis Kebijakan dan program memenuhi kebutuhan publik dapat dicapai secara paling efektif dan paling bertanggungjawab melalui usaha kolektif dan proses kolaboratif; Mengakui bahwa Akuntabilitas tidak Sederhana Pelayan publik harus lebih memerhatikan ketimbang pasar; mereka juga harus mematuhi undang-undang dan hukum konstitusional, nilai komunitas, norma politik, standar professional, dan kepentingan warga negara; Melayani bukan Menyetir Semakin penting bagi para pelayan publik untuk menggunakan kepemimpinan berbasis nilai yang dianut bersama dalam membantu warga negara mengutarakan secara jelas dan memenuhi kepentingan bersama mereka ketimbang berusaha mengendalikan atau menyetir masyarakat dalam arah-arah yang baru; Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas Organisasi publik dan jaringan tempat mereka berpartisipasi lebih mungkin berhasil dalam jangka panjang jika mereka bekerja melalui proses-proses kolaborasi dan kepemimpinan bersama yang didasarkan pada penghargaan terhadap semua orang. Berdasarkan perspektif NPS di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa birokrasi harus dibangun agar dapat memberikan perhatian kepada pelayanan masyarakat sebagai warga negara bukan sebagai pelanggan, mengutamakan kepentingan umum, mengikutsertakan warga masyarakat, berpikir strategis dan bertindak demokratis, memerhatikan norma, nilai dan standar yang ada dan menghargai masyarakat dalam artian keterlibatan masyarakat menjadi sesuatu yang sangat penting. Mengadopsi konsep New Public Service NPS di atas, maka dapat dikatakan bahwa peran negara/pemerintah justru akan semakin signifikan di era globalisasi. Implementasi dari konsep New Public Service NPS ini pada satu sisi akan membuat negara/pemerintah melalui birokrasinya mampu menyikapi perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi dalam skala global secara arif dan bijaksana, serta di sisi lainnya akan dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik yang prima. Hal ini karena masyarakat harus mendapatkan pelayanan yang baik sebagai warga negara, bahkan harus lebih baik dari pelayanan yang diberikan terhadap seorang pelanggan. Penyikapan pemerintah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di skala global tersebut tentu akan diikuti dengan lahirnya kebijakan-kebijakan yang mendukung kepentingan rakyat, sehingga perannya sebagai pelayan masyarakat tetap terus berlangsung. Pada konteks ini, seiring dengan arus globalisasi yang melahirkan banyak persoalan dampak negatifnya, seharusnya pemerintah harus berperan lebih dominan dalam membantu rakyat mengatasi beragam problem yang mereka hadapi. Tidak seperti sistem birokrasi lama yang menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, tetapi pemerintah harus berinovasi melahirkan kebijakan solutif bagi terpecahkannya persoalan-persoalan yang dialami rakyat dalam hubungannya dengan globalisasi. Berlandaskan pada konsep New Public Service NPS, pemerintah melalui sistem birokrasi yang dimilikinya bersama dengan stakeholders lainnya seharusnya mampu berinovasi menciptakan terobosan solusi bagi masalah yang dihadapi rakyat. Salah satu contoh yang dapat diterapkan bagaimana signifikannya peran pemerintah di era globalisasi adalah terkait dengan petani karet. Melalui implementasi peranannya, pemerintah dapat membalikkan posisi karet yang selama ini diperuntukkan bagi ekspor 80 persen, menjadi pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara pemerintah mengambil kebijakan pemanfaatan karet untuk memenuhi keperluan dalam negeri, campuran aspal salah satunya. Oleh karena dalam negeri sendiri yang memanfaatkannya, maka penghasilan petani karet akan meningkat karena harga karet yang selama ini ditentukan sepenuhnya oleh negara-negara pengimpor, dapat ditetapkan sendiri oleh pemerintah sebagai pengguna utamanya. Contoh lainnya adalah kebijakan-kebijakan pembangunan berbasis potensi lokal yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Merangin, seperti pengembangan wisata alam, revitalisasi lubuk larangan dan lain sebagainya. Atau kebijakan-kebijakan berbasis potensi dan kebutuhan masyarakat perkotaan yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Jambi melalui Kampung Bantar dan lain sebagainya. Pendek kata, pemerintah, khususnya pemerintah daerah pasca otonomi daerah dapat berperan secara optimal melalui serangkaian kebijakan inovatif-solutifnya agar kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Semoga… Dr. H. Pahrudin HM, Ketua Program Studi Ilmu Politik Universitas Jambi Post Views 4,470 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hal hal yang banyak diperbincangkan pada saat ini adalah kehidupan di era yang serba canggih, modern dan seakan menyatu dengan seluruh dunia atau biasa kita kenal dengan globalisasi. Masalah ini banyak diperbincangkan karena di era yang mengglobal ini kita di hadapkan dengan kenyataan yang semuanya serba blur di segala bidang yang mencakup bidang ekonomi bahkan juga budaya. Yang paling terlihat adalah ekonomi, budaya bahkan teritorial sebuah negara seakan luntur dengan adanya proses globalisasi. Siapapun, dimanapun dan kapanpun semuanya tidak bisa menolak adanya proses itu. Semuanya seakan luntur dan menjadi abstrak mengenai batasan-batasan dari suatu negara ke negara lain. Globalisasi dalam bidang ekonomi, seakan akan kita harus mengikuti permainan yang dibuat oleh negara-negara maju, khusnya negara yang berkuasa dibidang ekonomi, seperti Amerika, Jepang dan Eropa. Globalisasi dapat disebabkan dengan beberapa faktor, yaitu perubahan politik dunia. Adanya pengaruh politik yang menjadi kekuatan penggerak dibalik meningkatnya juga meluasnya globalisasi. Selain itu aliran data informasi yang sangat cepat dan sangat luas. Peningkatan teknologi informasi juga merupakan penyebab dari globalisasi. Masyarakat dengan adanya tenologi informasi dapat meluaskan pandangannya terhadap hal-hal yang mencakup apapun, tentu dengan di dkung adanya internet. Sebagai masyarakat yang global, orang akan merasa tanggung jawab sosial bukan hanya di level nasioanlanya, tetapi juga level internasional. Misalnya saja terjadi bencana alam yang merenggut korban jiwa, masyarakat seakan akan merasakan bahwa itu juga penderitaan yang mereka alami, dan merekapun akan ”bersama-sama” untuk memikirkan dan mencari jalan keluarnya dengan cara mereka masing masing. Selain itu dengan mereka mengakses informasi dengan internet juga media manapun yang menayangkan hal tertentu, masyarakat dunia akan berfikir secara global. Mereka akan melihat ke sumber-sumber lain dan ketimbang negara merumuskan rasa identitas mereka sendiri. Dan hal inipun merupakan sebab sebab dari cepatnya globalisasi. Interaksi dalam globalisasi yaitu melalui media maupun internet menjadikan masuknya kebudayaan kebudayaan asing dan juga jenis hubungan sosial yang tidak disaring terlebih dahulu. Bahkan menurut sumber yang saya baca dijelaskan bahwa ” kekuatan yang menghubungkan paham kapitalisme dengan produksi dan distribusilah yeng mengendalikan globalisasi. Dominasi dan kekuatan ini berada dalam perdagangan dan sistem finansial internasional sehingga dapat memungkinkan mereka untuk memaksakan produksi mereka dibeli seluruh dunia. Dengan kata lain, produksi budaya hasil globalisasi yang dibanggakan dan diutamakan adalah produk budaya Barat. Sehingga terjadi ketimpangan antara budaya Barai dan budaya lokal masing-masing bangsa. Jadi, globalisasi bukanlah proses yang inklusif, integratif, pluralis dan juga bukan proses yang seimbang atau proses sintesis melainkan budaya global adalah budaya yang dipaksakan untuk dibeli dan menggantikan posisi budaya lokal hasil pengalamau sejarah masing-masing bangsa. Secara singkatnya globalisasi adalah ekspansi global budaya Barat”. Apapun yang terjadi, globalisasi nyatanya juga telah mengurangi peran globalisasi juga dianggap tidak mampu untuk melindungi warisan budaya mereka karna pemerintah lebih condong memikirkan bagaimana meningkatkan daya saing global mereka terhadap negara lain. Globalisasi menyangkup semua aspek, terutama aspek ekonomi yang sangat terasa hingga maysarakat bawah. Salah satu yang terjadi yaitu diberlakukannya free trade. Diberlakukannya free trade merupakan dampak dari adanya globalisasi. Dampak itu terlihat jelas dengan masuknya bukan lagi hanya kebudayaan asing tetapi juga barang barang asing yang juga mendominasi. Misalnya di indonesia di berlakukannya CAFTA dan menyebabkan banjirnya produk china di pasaran indonesia juga kawasan ASEAN lainnya. Selain itu krisis ekonomi juga merupakan sebab dari adanya arus globalisasi. Karna ketidak mampuan dan juga lemahnya fondasi ekonomi finansial di asia dan juga ketidak mampuan mereka untuk menghadapi globalisasi menghadapi mereka dengan krisis ekonomi. Padahal, untuk menghadapi semua itu memerlukan proses yang panjang. Seperti penataan pendidikan, teknologi, IPTEK dan juga hal hal yang lainnya. Dan negara negara kecil hingga negara berkembang belum tentu semua mampu untuk menghadapi globalisasi ini. Globalisasi tidak hanya melemahkan peranan negara saja, globalisasi juga menguatkan peranan negara. Globalisasi dapat memacu sebuah negara untuk menyiapkan diri untuk menghadapi globalisasi. Dengan memperkuat sistem ekonominya,meningkatkan persenjataannya, dan juga pertahanan negaranya, misalnya dengan membangun persenjataan nuklir. Selain itu yang dapat dinikmati dengan adanya proses globalisasi yaitu masuknya investasi asing yang dapat menguatkan perekonomian negara,masuknya produk berkualitas dengan harga bersaing di pasaran, pengalihan nilai-nilai tentang demokrasi dan HAM yang dapat mengarahkan transparasi pemerintah dan juga terbukanya saluran hak-hak sipil politik masyarakat juga merupakan hal-hal positif yang dapat dipelajari dengan masuknya globalisasi. Tetapi, tantangan kedepannya yaitu bagaimana kita dapat memanfaatkan semua itu, bukan malah menjadikan itu semua hanya untuk pada kondisi menguntungkan pihak sebenarnya lebih menguntungkan negara maju, karena negara maju dengan adanya globalisasi ini semakin maju begitupula juga dengan sebaliknya. Negara yang terbelakang akan semakin jauh terbelakang. Jurang antara kaya dan yang miskin akan semakin terlihat, karena terjadinya persaingan ekonomi. Persaingan ekonomi terjadi karena misalnya yang telah disebutkan tadi, pasar bebas atau free trade. Dengan pasar bebas, persaingan ekonomi akan semakin perusahaan multinasional yang akan terus melebarkan jangkauan wilayahnya. Investasi asing yang semakin banyak masuk dan mendominasi sebuah negara. Juga dengan hal-hal lain. Buruh di pasar bebas juga sebenarnya merupakan korban dari globalisasi ini. Buruh migran menjadi kerawanan negara yang bersangkutan dan bahkan sudah mengarah pada penurunan harga diri negara. Dalam hal ini lihat kasus buruh indonesia di malaysia. Selain itu buruh migran kerawanan mereka terhadap perlindungan hukum dapat menjadikan negara tidak dapat dipercayai lagi oleh rakyatnya. Hal ini seakan menjadi dilema bagi pemerintah. Disisi lain pemerintah tidak dapat berbuat banyak dan seakan seperti lepas tangan terhadap buruh migran,tetapi dilain pihak pemerintah juga tidak mempunyai lapangan pekerjaan yang cukup banyak untuk menampung para buruh migran di negaranya sendiri. Hal ini memperlihatkan kita bahwa kerawanan dan kesejahteraan rakyatnya dari perlakuan tidak menyenangkan terhadap buruh migran tidak dapat dilindungi oleh pemerintah. Buruh migran akan selalu mendapat perlakuan itu semua. Pemerintah juga tidak dapat melindungi sumber daya nya dari eksploitasi secara pemerintah sadar dan membuat kebijakan yang mampu mengatasi kerawanan buruh migran. Tapi pada kenyataannya pemerintah yang didominasi oleh negara berkembang ini seakan akan tidak ikut campur atau cuci tangan dalam hal tersebut. mereka seakan menerima perlakuan tersebut terhadap buruh imigrannya. Dan ini menunjukan lemahnya peranan negara dalam masalah yang ditimbulkan akibat adanya globalisasi itu ada juga pengaruh globalisasi dalam bidang politik. Sejak terbentuknya sebuah negara, secara otomatis pemerintah memiliki hak dalam wewenangnya dalam batas nasional. Tetapi,dalam pemerintahan yang demokratis di era globalisasi ini rakyatlah yang seakan akan menjadi penentu dalam menjalankan kesepakatan antara negara negara dapat dicapai, tetapi itu tidak terkait secara hukum,dan tidak ada badan internasional yang menguatkan kesepakatan Lihat Sosbud Selengkapnya Globalisasi Assalamu’alaikum Wr Wb Kali ini saya akan posting tentang globalisasi. Berikut penjelasannya. A. Pengertian Globalisasi Globalisasi berasal dari bahasa Inggris yakni "globe" yang berarti dunia atau bola dunia. Globalisasi merupakan suatu proses menuju lingkup dunia. Dengan demikian globalisasi dapat diartikan sebagai proses mendunia, di mana semua peristiwa baik ekonomi, politik maupun budaya yang terjadi di satu belahan dunia dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Atau dapat disebut globalisasi merupakan suatu proses di mana hubungan sosial dan saling ketergantungan antarmanusia di dunia ini semakin besar. Hal ini seperti yang dikatakan seorang ahli bernama R. Robertson bahwa globalisasi adalah proses mengecilnya dunia dan meningkatnya kesadaran akan dunia sebagai satu kesatuan, saling ketergantungan dan kesadaran global akan dunia yang menyatu. Ahli lain bernama Martin Albrow mengatakan globalisasi menyangkut seluruh proses di mana penduduk dunia terhubung ke dalam komunitas dunia yang tunggal, komunitas global. Pendapat lain tentang globalisasi. 1. A. G. McGrew Globalisasi mengacu pada keserbaragaman hubungan dan saling keterkaitan antarmasyarakat yang membentuk sistem dunia modern. Globalisasl adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain. 2. M. Waters Globalisasi adalah sebuah proses sosial di mana halangan-halangan bersifat geografis pada tatanan sosial dan budaya semakin menyusut dan setiap orang kian sadar bahwa mereka semakin dekat satu sama lain. 3. Emmanuel Richter Jaringan kerja globalisasi yang secara bersamaan manyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi dalam planet ini ke dalam ketergantungan dan persatuan dunia. Berdasarkan pengertian di atas secara jelas globalisasi mampu membuat suatu perubahan kehidupan dunia yang dulunya sangat sederhana menjadi bersifat multidimensional. Globalisasi juga membuat semakin kuat ikatan ekonomi, politik, teknologi dan budaya yang mampu menghubungkan individu, komunitas, perusahan dan pemerintah di seluruh dunia. Globalisasi membuat suatu kenyataan bahwa kehidupan dunia menjadi satu kesatuan dalam "satu dunia", yang membuat sebuah desa global global village dengan kehidupan manusia secara individu, kelompok, atau bangsa-bangsa menjadi saling ketergantungan interdependency dalam semua aspek kehidupan. Jadi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat ruang lingkup interaksi antarmanusia di seluruh dunia semakin menyempit. B. Faktor-faktor Penggerak Globalisasi Banyak ahli menyatakan bahwa semakin berkembangnya globalisasi maka hubungan masyarakat dunia serta saling ketergantungan dalam segala aspek kehidupan terlihat semakin nyata. Dua faktor yang mendukung proses globalisasi menjadi semakin cepat, yaitu perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta transportasi. 1. Teknologi Komunikasi dan Informasi Barkembangnya teknologi dan informasi dunia yang pesat membuat hubungan antar manusia di dunia semakin mudah. Sebelum terclpta alat-alat komunikasi yang canggih, tempo dulu manusia masih menggunakan sarana komunikasi yang sangat sederhana, kualitas dan kuantitas komunikasi sangat terbatas. Sarana komunikasi dan informasi yang canggih dengan harga yang terjangkau mampu mengatasi semua hambatan yang selama ini dialami oleh manusia dalam menjalin hubungan dengan sesama karena dipisahkan waktu dan jarak, serta tempat yang berbeda. Contoh alat komunikasi modern seperti telepon seluler dan smartphone yang dimiliki setiap orang memungkinkan setiap waktu dapat berkomunikasi dengan siapa saja di mana mereka berada. Kemudian internet yang membuat manusia dapat mengakses semua data informasi yang ada dan tersebar di seluruh dunia dalam waktu yang sesingkat mungkin. Internet dapat mempermudah suatu transaksi-transaksi dalam dunia bisnis di seluruh dunia. Internet dapat dipergunakan untuk e-banking, yaitu melakukan transfer modal yang dilakukan dengan pertukaran dokumen. Dalam dunia pendidikan internet melahirkan adanya e-learning, yaitu model pembelajaran di mana para siswa tidak perlu datang di sekolah-sekolah akan tetapi cukup berada di depan layar komputer dan berkomunikasi secara visual melalui internet dengan pengajar atau sesama pelajar. Teknologi satelit komunikasi dipergunakan oleh stasiun televisi untuk menyiarkan secara langsung suatu peristiwa yang terjadi di satu negara ke seluruh negara di dunia dalam waktu yang bersamaan dengan kejadian peristiwa tersebut. Misalnya adanya ,bencana alam, pertandingan olahraga, peperangan dan hiburan. 2. Teknologi Transportasi Sarana transportasi yang semakin canggih juga dapat mempengaruhi terjadinya perubahan perekonomian suatu negara maupun bidang-bidang kehidupan yang lain, seperti halnya politik, sosial dan budaya. Hal ini, dikarenakan ditemukannya teknologi transportasi dengan kecepatan tinggi sehingga memudahkan orang untuk menjalin kerjasama antarnegara. Teknologi transportasi mutakhir mempermudah untuk menjangkau suatu daerah sesulit apapun. Teknologi transportasi yang canggih, seperti pesawat yang bermesin jet dapat dipergunakan untuk mengantar para penumpang dari satu negara ke negara Iain dalam waktu singkat. Apalagi dengan biaya yang murah, pesawat terbang saat ini bukan lagi menjadi sarana transportasi bagi masyarakat kelas atas. Sebagian besar anggota masyarakat mampu menggunakan pesawat terbang sebagai alat transportasi. C. Globalisasi di Indonesia Di dunia ini, tidak ada satu negarapun yang bisa lepas dari pengaruh globalisasi, termasuk Indonesia. Globalisasi bagi Indonesia merupakan suatu tantangan dan kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu ambil bagian dalam kancah globalisasi dunia. Kita memahami konsekuensi globalisasi, di mana suatu peristiwa yang terjadi Indonesia akan memberikan pengaruh pada dunia internasional. Sebaliknya peristiwa yang terjadi di dunia internasional akan memberikan dampak bagi Indonesia. Agar Indonesia dapat berperan dalam globalisasi internasional, maka diperlukan suatu persiapan yang matang dan selalu terbuka terhadap perubahan. Untuk menghadapi semakin derasnya arus globalisasi diperlukan sumber daya manusia SDM yang handal. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu akan berhasil atau tidaknya negara kita menghadapi tantangan di era global. Untuk mendapatkan yang berkualitas diperlukan pelatihan dan pendidikan yang mampu mempersiapkan manusia untuk dapat bersaing di tengah arus globalisasi. Sumber Buku Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas IX Semester Genap Penerbit PT Era Pustaka Utama Sekian postingan saya kali ini mengenai globalisasi. Semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr Wb

peristiwa politik yang menjadi kekuatan penggerak globalisasi yaitu